Jakarta (ANTARA Jambi) - Beban penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia saat ini masih cukup tinggi dengan masih ditemukannya 460.000 kasus baru per tahunnya.
"Setiap tahun juga masih ada 67.000 kasus meninggal karena TB atau sekitar 186 orang perhari," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Jumat.
TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat tiga dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004.
Selain itu, untuk usia 5 tahun keatas, TB merupakan penyebab kematian nomor empat di perkotaan setelah stroke, diabetes dan hipertensi serta nomor dua di pedesaan setelah stroke (Riset Kesehatan Dasar 2007).
Selain beban kasus TB baru yang tinggi, meningkatnya jumlah kasus resistensi terhadap pengobatan TB (multi drug resistance/MDR) juga menambah beban bagi penanggulangan TB di Indonesia.
Tjandra menyebut diperkirakan ada sekitar 6.000 kasus MDR-TB namun baru sekitar 1.000 orang yang diobati dengan obat lini kedua.
"Agak sulit untuk MDR-TB karena butuh fasilitas khusus untuk pengobatan," kata Tjandra.
Waspada Gejala Batuk
Tjandra mengatakan TB masih banyak ditemukan karena banyak penderitanya yang tidak menyadari gejala penyakit yang mereka alami merupakan TB.
Salah satunya adalah batuk yang seringkali diabaikan karena dianggap batuk biasa sehingga tidak diperiksa untuk dugaan TB hingga terlambat.
"Secara sederhana, jika batuk lebih dari dua minggu tidak sembuh-sembuh, harus diperiksakan," kata Tjandra.
Sedangkan gejala lainnya mirip dengan banyak penyakit lain antara lain badan lemah, nafsu makan turun hingga menderita nyeri di dada.
TB yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis itu ditularkan melalui udara atau melalui percikan dahak penderita TB yang menyebar ke udara ketika seorang penderitanya batuk-batuk. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014