Jakarta (ANTARA Jambi) - Kementerian Kesehatan menyatakan telah melakukan persiapan untuk menghadapi penularan penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) yang tengah merebak di negara-negara Arab dan telah juga menyebar ke beberapa negara lain.

"Seluruh dunia harusnya siap. Indonesia juga harusnya sudah siap. Kita memiliki satu modal baik yaitu pengalaman pada SARS dan flu burung, jadi kita harapkan bisa menangani kasus tersebut," kata Plt. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Agus Purwadianto di Jakarta, Kamis.

Agus mengatakan rumah sakit dan petugas surveilans telah diminta untuk tetap waspada selama 24 jam, begitu juga Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk memantau penumpang yang memiliki gejala-gejala panas, batuk dan sesak napas serta memiliki riwayat bepergian ke negara-negara Arab.

"Mudah-mudahan masyarakat juga bisa memahami ini dan jika dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat tentu akan dapat kita tanggulangi dengan baik," ujarnya.

Hingga tanggal 7 April 2014, Agus mengatakan belum ada laporan mengenai kasus MERS-CoV positif di Indonesia namun Kementerian Kesehatan disebutnya akan terus melakukan pemantauan ketat terhadap laporan suspek dari daerah.

Sementara mengenai suspek dari Bali dan Medan, Agus mengatakan masih harus menunggu laporan dari laboratorium untuk menentukan apakah para kasus tersebut positif MERS-CoV atau tidak.

"Saya belum dapat laporannya, akan kita 'crosscheck'. Tiap hari dilakukan 'update'. Laporan terakhir kemarin dan hingga kemarin belum ada (kasus)," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan laboratorium Balitbangkes akan disiagakan 24 jam untuk memeriksa sampel dari daerah-daerah terhadap MERS-CoV tersebut.

"Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang memeriksa MERS CoV di Indonesia selalu menjaga mutu pekerjaan. Kami melakukan program Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) ke WHO Collaborating Center dengan hasil 100 persen," ujar Tjandra.

Tjandra juga menyampaikan laporan WHO yang memperlihatkan adanya perbedaan pola infeksi MERS-CoV di Arab Saudi yang berubah dari sebelumnya dimana kini kasus lebih banyak terjadi pada perempuan (70 persen) dibanding laki-laki (30 persen).

"Kasus di Arab Saudi lebih banyak di daerah barat (60 persen) yang sebagian besar adalah daerah ibadah umroh atau setidaknya dilewati jamaah," ujar Tjandra.

Sebanyak 50 persen kasus terjadi pada pasien berusia 25-44 tahun (20 persen diantaranya memiliki penyakit penyerta), 20 persen kasus berusia 45-64 tahun dan 30 persen kasus berusia diatas 65 tahun yang memiliki penyakit penyerta atau penyakit kronik lain sebelum terinfeksi MERS-CoV. (Ant)

Pewarta: Arie Novarina

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014