Jakarta (ANTARA Jambi) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang mempersiapkan sembilan destinasi wisata syariah karena Indonesia dinilai memiliki keunggulan untuk mengembangkan wisata tersebut.

"Penetapan destinasi syariah ini penting karena pariwisata syariah bukan hanya berupa daya tarik objek wisata religi atau tempat wisata ziarah semata, tetapi harus ada fasilitas pendukung, seperti hotel, restoran, spa maupun fasilitas lainnya yang memenuhi standar syariah Islam," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dalam pembukaan Konferensi Internasional Wisata Syariah di Jakarta, Senin.

Konferensi yang bertajuk "The 1st OIC International Forum on Islamic Tourism (OIFIT) 2014" dibuka oleh Wakil Presiden Boediono serta dihadiri para Menteri Pariwisata di negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Mari menyebutkan sembilan destinasi wisata syariah tersebut, di antaranya Sumatera Barat, Riau, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur Lombok dan Makassar.

Dia menambahkan sembilan destinasi pariwisata tersebut dinilai dari hasil kajian berdasarkan kesiapan sumber daya manusia (SDM), budaya masyarakat setempat, serta fasilitas wisata yang tersedia, seperti hotel, restoran, objek wisata dan daya tarik wisata lainnya.

Menurut Mari, Indonesia dinilai memiliki keunggulan dalam mengembangkan wisata syariah karena selain sebagai negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar dunia, juga memiliki hubungan sejarah dan budaya yang erat dengan perkembangan peradaban dunia Islam.

"Bukti sejarah dan budaya peradaban dunia Islam hingga kini dapat dijumpai di sejumlah daerah yang dipersiapkan sebagai destinasi wisata syariah," katanya. Standar pelayanan

Mari mengatakan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan standar pelayanan dan standar usaha bidang wisata syariah setelah mendapatkan dukungan fasilitas layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai ketentuan syariah.

"Wisata syariah pada prinsipnya merupakan produk jasa yang universal karena dapat dimanfaatkan oleh semua orang, termasuk wisatawan nonmuslim. Oleh karena itu, wisata syariah berkembang pesat," katanya.

Menurut kajian Thomson Reuters dalam "State of the Global Islamic Economy" (2013), total pengeluaran Muslim dunia untuk keperluan makanan halal dan gaya hidup pada 2012 sebesar 1,62 triliun dolar AS dan diperkirakan akan meningkat menjadi 2,47 triliun dolar AS pada 2018.

Peningkatan tersebut, lanjut dia, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Muslim dunia yang menurut "Pew Research Center Forum on Religion and Public Life" pada 2010 mencapai 1,6 miliar atau 23,4 persen dari penduduk dunia sebanyak 6,9.

Angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi 2,2 miliar atau 26,4 persen dari total penduduk dunia sebanyak 8,3 miliar pada 2030 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,5 persen penduduk Muslim tiap tahunnya.

"Ini peluang bagi Indonesia, untuk itu diperlukan upaya serius untuk semua 'stakeholders' (pemangku kepentingan), termasuk pemerintah pusat dan daerah, pelaku industri, masyarakat dalam menggarap wisata syariah," katanya.

Dia memperkirakan hingga akhir 2014, wisatawan Muslim akan naik 20-25 persen dari 2010 sebanyak tujuh juta wisatawan dan 17 persennya merupakan wisatawan Muslim. (Ant)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014