Cilacap (ANTARA Jambi) - Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengatakan bahwa sekitar 30 sampai40 persen hutan mangrove di berbagai wilayah Indonesia mengalami kerusakan.

"Kerusakan hutan mangrove terparah terjadi di wilayah yang penduduknya padat," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Senin.

Balthasar mengatakan hal itu kepada wartawan usai meresmikan Pusat Konservasi Mangrove dan Studi Plasma Nutfah Indonesia di Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap.

Pusat Konservasi Mangrove dan Studi Plasma Nutfah Indonesia itu dikelola Pertamina Refinery Unit IV Cilacap bersama Kelompok Patra Krida Wana Lestari, Desa Ujungalang, serta didukung Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dan Institut Pertanian Bogor.

Kegiatan peresmian tersebut juga dihadiri Direktur Umum PT Pertamina (Persero) Luhur Budi Jatmiko, Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) Nursatyo Argo, HSSE Manager Budi Susetyo, Wakil Bupati Cilacap Ahmad Edi Susanto, dan General Manager Pertamina RU IV Cilacap Edy Prabowo.

Lebih lanjut, Balthasar mengatakan bahwa kerusakan lingkungan tergantung pada jumlah penduduk.

"Apalagi yang masih menggantungkan hidupnya di lingkungan, itu pasti ancaman terhadap lingkungannya sendiri," katanya.

Menurut dia, tanaman mangrove sangat penting untuk menyelamatkan pesisir pantai.

Oleh karena itu, kata dia, tema peringatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2014 diarahkan kepada penyelamatan pesisir pantai termasuk mangrove.

"Kita tahu, Indonesia negara kepulauan dan hampir 40-50 persen penduduk kita tinggal di pantai, hidupnya dari laut sebagai nelayan dan sebagainya. Oleh karena itu, penyelamatan mangrove begitu penting bagi kita," katanya.

Selain untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di laut, kata dia, upaya penyelamatan mangrove juga untuk kepentingan kelestarian dan keberlanjutan ekosistem.

Dalam hal ini, dia mencontohkan ekosistem di kawasan hutan mangrove Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, seperti berbagai spesies burung dan ikan yang harus terus dijaga.
Dengan demikian, lanjut dia, keberadaan tanaman mangrove harus tetap hidup agar ekosistem itu bisa terjaga.

Terkait Pusat Konservasi Mangrove dan Studi Plasma Nutfah Indonesia yang baru diresmikan, Balthasar mengatakan bahwa tempat itu sebenarnya dapat disebut sebagai laboratorium.

"Manfaatnya ada dua. Selain bermanfaat untuk pelestarian lingkungan, ekosistem, dan sebagainya, juga ada manfaat ekonominya karena kalau bagus, bisa menjadi daerah ekowisata," katanya.

Disinggung mengenai kerusakan hutan mangrove di laguna Segara Anakan, dia mengakui adanya degradasi lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya-upaya yang tegas, terencana, dan sistematis untuk mengembalikan ekosistem mangrove.

Oleh karena itu, dia memberikan apresiasi kepada Pertamina RU IV Cilacap yang memiliki inisiatif untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dan masyarakat dalam melakukan rehabilitasi hutan mangrove di Segara Anakan.

"Ini bukti komitmen Pertamina dalam melaksanakan operasinya, tidak hanya bisnis, tetapi juga bagaimana tanggung jawab terhadap masyarakat," katanya.

Sementara itu, General Manager Pertamina RU IV Cilacap Edy Prabowo mengatakan bahwa kegiatan penanaman dan konservasi mangrove merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR) bidang lingkungan Pertamina RU IV.

Menurut dia, program tersebut juga merupakan bagian dari Gerakan Pertamina Menabung 100 Juta Pohon yang berlangsung sejak tahun 2011 hingga 2015, Pertamina Sobat Bumi, serta dalam rangka mendukung program Kementerian Kehutanan dan Perkebunan, yakni Penanaman Satu Miliar Pohon (One Billion Indonesian Trees for The World) di Indonesia.

"Pada tahun 2009, Pertamina RU IV telah menanam 10 ribu mangrove dan sejak itu secara berkelanjuan mendukung masyarakat untuk melestarikan mangrove di Kampung Laut (Segara Anakan, red.)," katanya.

Ia mengatakan bahwa Pertamina RU IV secara berkelanjutan mendukung masyarakat untuk melestarikan mangrove di Kampung Laut dan telah membantu masyarakat mengidentifikasi sekitar 35 jenis mangrove di kawasan tersebut, sehingga warga Kampung Laut berhasil meraih penghargaan lingkungan dari Gubernur Jawa Tengah maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Menurut dia, Pertamina RU IV pada tahun 2012 telah menanam sekitar 200 ribu bibit mangrove di sejumlah wilayah Cilacap, pada tahun 2013 menanam 285 ribu bibit mangrove, dan tahun 2014 akan menanam 300 ribu bibit mangrove.

Selain peresmian Pusat Konservasi Mangrove dan Studi Plasma Nutfah Indonesia, dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan berupa satu unit Kapal Patroli Mangrove dengan nama "Berth Kambuaya" serta penyerahan bibit mangrove kepada masyarakat. (Ant)

Pewarta: Sumarwoto

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014