Lambaian dedaunan rimbun pohon yang tumbuh subur di sebuah komplek makam, seakan-akan menyapa pengunjung yang berziarah atau berwisata religi ke tempat itu.

Sepasang suami istri dan seorang anak yang berumur sekitar 6 tahun, sambil berpengangan tangan, mereka masuk ke komplek makam dan sesekali sang ibu memperingatkan anaknya agar tetap tenang di sampingnya.

Komplek makam itu, adalah makam Syekh Maulana Malik Ibrahim atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sunan Gresik, ulama pembawa syiar Islam di Pulau Jawa dan bagian dari "Wali Songo" (Sembilan Wali).

Lokasi komplek makam yang berada di Jalan Malik Ibrahim, Kabupaten Gresik, Jawa Timur itu, jaraknya sekitar 22 Km barat daya Kota Surabaya, setiap harinya tak pernah sepi dari kunjungan orang, bahkan di hari biasa pun tetap ramai orang berziarah ke lokasi itu.

Kini, komplek makam seluas kurang lebih separuh lapangan sepak bola itu telah dilengkapi keberadaan aula bertingkat di sisi makam, dengan lantai marmer dan pembatas makam dari aluminium.

Hal itu dilakukan setelah pemkab setempat memugar beberapa titik lokasi makam tanpa mengubah ciri khas makam Maulana Malik Ibrahim, yakni adanya kuncup segi empat, agar bisa menampung lebih banyak peziarah.

"Berziarah ke makam ini semakin nyaman, saya beserta suami dan anak sering datang ke sini," ucap Fatimah, sambil memasukkan Al Quran ke dalam tas jinjingnya.

Mayoritas peziarah yang datang ke lokasi makam, kini tidak hanya berasal dari kalangan ulama atau pesantren, melainkan dari pelajar umum dan keluarga yang sengaja memberikan edukasi dini kepada anaknya.

Juru Kunci Makam, Abdul Wahab mengaku kini ada cara pandang atau paradigma baru terhadap keberadaan komplek makam Maulana Malik Ibrahim.

Ia mengatakan keberadaan makam tidak hanya sebagai sarana ritual keagamaan, melainkan juga menjadi jujugan wisata edukasi sejarah bagi pelajar dari berbagai daerah.

"Komplek makam kini tidak hanya ramai dikunjungi dari kalangan pesantren dan tokoh agama, melainkan juga pelajar berbagai daerah, bahkan beberapa dari Kalimantan dan Sumatera," ungkapnya.

Ia mengaku, adanya aula yang dibangun di sisi utara makam sangat membantu memberikan fasilitas pendidikan di makam Malik Ibrahim yang juga dijuluki dengan "Kakek Bantal".
      
Belajar Dari Sunan Gresik

Abdul Wahab yang sudah 20 tahun menjadi juru kunci Syekh Maulana Malik Ibrahim itu mengaku banyak yang bisa dipelajari dari kehidupan sunan tertua di antara keberadaan Wali Songo itu.

Salah satunya membimbing masyarakat Gresik melalui tiga cara, yakni pengobatan, perdagangan serta akhlak atau budi pekerti yang baik.

Ia mengatakan Maulana Malik Ibrahim yang merupakan silsilah ke 22 Nabi Muhammad S.A.W dari Siti Fatimah bersuamikan Syaidina Ali itu ketika datang ke Gresik tidak langsung melakukan penyebaran Agama Islam.

Wali yang kali pertama menginjakkan kakinya di wilayah Leran, Kecamatan Manyar, ini datang ke Gresik pada tahun 801 hijriah atau 1392 Masehi dengan terlebih dahulu berkeliling kota untuk lebih mengenal karakter budaya masyarakat.

"Setelah dua tahun berkeliling mengenal karakter budaya masyarakat, baru mendirikan masjid di wilayah Leran untuk menyebarkan syiar Islam," tuturnya.

Wahab mengatakan, apa yang diajarkan Maulana Malik Ibrahim seperti perdagangan hingga kini masih ditiru oleh sebagian penduduk Gresik, yakni mengandalkan hidup dari perniagaan.

"Banyak yang bisa dipelajari dari beliau, bahkan kini masyarakat juga diuntungkan dengan adanya makam beliau, seperti banyaknya pedagang di sekitar komplek makam, serta lokasi parkir yang menghasilkan keuntungan," ucapnya.

Apalagi, kata Wahab, saat memasuki Ramadhan dan di akhir Ramadhan dengan jumlah pengunjung yang mencapai seribu lebih setiap harinya.

"Untuk saat ini atau pertengahan Ramadhan sudah menurun pengunjungnya, namun nanti di akhir Ramadhan akan bertambah lagi," tambahnya.

Wahab mencatat, jumlah peziarah saat sepekan sebelum Ramadhan mencapai antara dua ribu hingga tiga ribu orang, dan akan lebih meningkat saat menjelang akhir Ramadhan.

"Pertengahan Ramadhan seperti saat ini masih normal, sekitar 200 hingga 300 pengunjung, dan itu pun berasal dari sekitar wilayah Surabaya dan Lamongan," tukasnya.

Sementara itu, berdasarkan catatan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Kadisbudparpora) Gresik kunjungan wisatawan religi ke Gresik setiap tahun mampu menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih dari Rp2 miliar, dengan jumlah kunjungan tercatat sebanyak ada 1.435.000 orang.(Ant)

Pewarta: Abdul Malik Ibrahim

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015