Jambi (ANTARA Jambi) - Komunitas Konservasi Indonesia Warsi menyebutkan kawasan hutan alam gambut di Provinsi Jambi kini tinggal 179.963 hektare dari awalnya seluas 621.089 hektare.
Berdasarkan analisis yang dilakukan unit GIS WARSI, kawasan hutan alam pada kawasan gambut itu berada di kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Berbak, Hutan Lindung Bram Hitam dan Hutan Lindung Sungai Buluh, kata Manager Komunikasi KKI Warsi Rudisyaf di Jambi, Jumat.
"Kerusakan utama kawasan gambut itu disebabkan oleh sistem kanal yang dibangun di dalam kawasan gambut sehingga memasuki kemarau tahun 2016 ini kemungkinan lahan gambut akan kembali terbakar masih sangat mungkin terjadi," katanya.
Sistem kanal-kanal yang dibangun perusahaan di sekitar hutan alam gambut disebutnya sangat berpengaruh karena juga masuk ke arah kawasan hutan alam gambut sebagai sambungan dari yang dibangun perusahaan itu.
"Jika tidak ada perlakuan khusus pada kawasan hutan alam gambut yang tersisa itu, masih sangat mungkin kawasan hutan alam ini akan dilanda kebakaran saat musim kemarau dan Jambi akan kembali sebagai penghasil asap," katanya menjelaskan.
Oleh karena itu katanya perlu ada perbaikan kanal yang sudah ada untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di kawasan gambut.
Dia menjelaskan saat ini tengah berlangsung pembahasan revisi Peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Gambut sehingga harus diwaspadai adanya upaya-upaya untuk melemahkan pemulihan gambut atas dasar kepentingan kapitalis.
"Munculnya usulan untuk melemahkan PP ini dengan usulan tinggi muka air gambut yang sebelumnya diizinkan hanya 40 kini diwacanakan untuk diturunkan menjadi 80 centimeter," kata Rudi lagi.
Jika rancangan revisi PP itu disetujui maka dinilai akan memperlihatkan lemahnya pemerintah terhadap keinginan pemilik korporasi dan akan sangat berpotensi untuk mempersulit pemulihan kawasan gambut.
"Untuk itu mari bersama-sama kita kawal dengan tetap menyuarakannya unruk menyelamatkan kawasan hutan gambut ini," katanya menambahkan. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016
Berdasarkan analisis yang dilakukan unit GIS WARSI, kawasan hutan alam pada kawasan gambut itu berada di kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Berbak, Hutan Lindung Bram Hitam dan Hutan Lindung Sungai Buluh, kata Manager Komunikasi KKI Warsi Rudisyaf di Jambi, Jumat.
"Kerusakan utama kawasan gambut itu disebabkan oleh sistem kanal yang dibangun di dalam kawasan gambut sehingga memasuki kemarau tahun 2016 ini kemungkinan lahan gambut akan kembali terbakar masih sangat mungkin terjadi," katanya.
Sistem kanal-kanal yang dibangun perusahaan di sekitar hutan alam gambut disebutnya sangat berpengaruh karena juga masuk ke arah kawasan hutan alam gambut sebagai sambungan dari yang dibangun perusahaan itu.
"Jika tidak ada perlakuan khusus pada kawasan hutan alam gambut yang tersisa itu, masih sangat mungkin kawasan hutan alam ini akan dilanda kebakaran saat musim kemarau dan Jambi akan kembali sebagai penghasil asap," katanya menjelaskan.
Oleh karena itu katanya perlu ada perbaikan kanal yang sudah ada untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di kawasan gambut.
Dia menjelaskan saat ini tengah berlangsung pembahasan revisi Peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Gambut sehingga harus diwaspadai adanya upaya-upaya untuk melemahkan pemulihan gambut atas dasar kepentingan kapitalis.
"Munculnya usulan untuk melemahkan PP ini dengan usulan tinggi muka air gambut yang sebelumnya diizinkan hanya 40 kini diwacanakan untuk diturunkan menjadi 80 centimeter," kata Rudi lagi.
Jika rancangan revisi PP itu disetujui maka dinilai akan memperlihatkan lemahnya pemerintah terhadap keinginan pemilik korporasi dan akan sangat berpotensi untuk mempersulit pemulihan kawasan gambut.
"Untuk itu mari bersama-sama kita kawal dengan tetap menyuarakannya unruk menyelamatkan kawasan hutan gambut ini," katanya menambahkan. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016