Jakarta (ANTARA Jambi) - Analis terorisme dan intelijen Ridlwan Habib menilai sikap TNI elegan dan beretika sebab tidak melukai ketika menangkap Delima, istri gembong teroris Poso, almarhum Santoso.

"Ini sikap kesatria dan beretika. TNI menunjukkan sikap yang baik bahwa buronan tak bersenjata tidak boleh disakiti," ujar peneliti terorisme UI Ridlwan Habib yang dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Ridlwan mengatakan, dalam etika peperangan sikap TNI ini sangat elegan dan proporsional.

Pada Sabtu pagi, istri Santoso, Delima, ditangkap Satuan Raider 515 Kostrad yang merupakan bagian dari Satgas Tinombala. Delima diringkus di hutan Tambarana, Poso.

"Salut untuk Kostrad, karena istri Santoso bukan 'kombatan'. Dia sebenarnya juga korban, dia terjebak dalam situasi yang sulit dan putus asa, sehingga wajar kalau memilih keluar ke pinggiran hutan," ujar Ridlwan.

Alumni S-2 Intelijen Universitas Indonesia itu menduga setelah tertangkapnya istri Santoso, 16 anggota Santoso yang lain akan segera menyerahkan diri.

Dia mengatakan Satgas Tinombala tidak boleh melukai jika pengikut Santoso menyerahkan diri.

Sementara itu terkait penangkapan Delima, Ridlwan mengusulkan agar pengawalan Delima diserahkan pada anggota polisi wanita atau anggota korps wanita angkatan darat.

"Bagaimanapun dia muslimah, alangkah baiknya dikawal petugas wanita. Hal ini juga akan mengurangi resistensi dan kebencian dari simpatisan kelompok ini di luar Poso, sebab saat ini di sosial media sudah muncul glorifikasi, upaya menyanjung Santoso dan kelompoknya, jangan diberi amunisi baru," ujar Ridlwan.


Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016