Jambi (ANTARA Jambi) - Orang Rimba yang bermukim di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, ketakutan pascameninggalnya salah satu keluarga mereka karena penyakit komplikasi.
Salah satu pimpinan adat dikelompok Tumenggung Ngadap, Menti Gentar di Sarolangun, Rabu, mengatakan sebagian Orang Rimba di Sako Tulang sudah pergi melangun (tradisi berpindah tempat) karena meninggalnya salah satu anak rimba atas nama Merangkuan (5) akibat komplikasi Hepatitis, meninggoencepaletis dan anemia akut, Selasa (9/8) kemarin.
Sako Tulang merupakan daerah asal Merangkuan, sedangkan Menti Gentar yang bermukim di Sako Nini Tulang berjarak sekitar empat kilometer dari Sako Tulang ikut merasakan ketakutan yang terjadi di kalangan Orang Rimba di kawasan tersebut.
"Kami di rimba sering terjadi penyakit semacam ini, saat ini anggota kelompok kami banyak yang sakit demam dan batuk, ada yang kuning juga dan deman "kuro" (malaria)," kata Menti.
Sebab itu Menti sangat berharap ada tindakan dari pemerintah untuk melakukan penanganan terhadap penyakit yang menyerang Orang Rimba saat ini.
"Kami berharap ada petugas kesehatan yang datang ke tempat kami, melakukan pengobatan dan juga memberi kami obat untuk tahan dengan penyakit itu," ujarnya.
Menti mengatakan Orang Rimba sudah mengetahui adanya hasil studi Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tentang temuan hepatatitis di kalangan Orang Rimba TNBD.
"Kami sudah diberi tahu kalau kami sangat banyak yang kena penyakit hepatitis, waktu itu ada dokter yang memeriksa kami, kami takut mendengarkannya waktu itu. Makanya kami juga sudah pergi ke dinas kesehatan supaya ada tindakan dari pemerintah pada kami," katanya menjelaskan.
Hanya saja lanjut Menti, hingga kini belum juga ada tindakan langsung ke Orang Rimba. "Tolonglah kami ini, sakit kuning itu banyak pada kami, kami tidak tahu bagaimana mengatasi penyakit ini," ujarnya.
Sementara itu, Rusli Effendi Fasilitator Kesehatan WARSI mengatakan, sejauh ini banyak faktor yang menyebabkan Orang Rimba sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Penyebab utamanya belum adanya kekebalan Orang Rimba dalam melawan penyakit menular yang menyerang mereka.
"Idealnya ada immunisasi massal yang dilakukan pada Orang Rimba, sembari melakukan kampanye hidup bersih pada Orang Rimba," kata Rusli.
Rusli mencontohkan, Merangkuan yang berusia lima tahun mengidap hepatitis, sangat mungkin tertular dari orang dewasa di sekitarnya. Ketika daya tahan tubuhnya yang lemah karena juga menderita anemia sangat mungkin menyebabkan dia terserang virus meningoencepalitis atau peradangan pada otak.
"Kondisi kesehatan Orang Rimba yang dalam ancaman besar hepatitis dan malaria sudah terungkap melalui studi yang dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, bekerjasama dengan komunitas Konservasi Indonesia WARSI pada awal tahun kemarin," katanya menjelaskan.
Dari studi Eijkman yang melakukan studi di tiga kabupaten yaitu Batanghari, Tebo dan Sarolangun, diketahui prevalensi Hepatitis B pada Orang Rimba sebesar 33.9 persen.
"Hal ini menunjukkan empat dari 10 Orang Rimba atau lebih dari sepertiga populasi orang Rimba mengidap penyakit hepatitis B. Tidak hanya itu penyakit malaria juga menjadi ancaman besar pada Orang Rimba dengan prevalensi mencapai 24,26 persen," katanya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016
Salah satu pimpinan adat dikelompok Tumenggung Ngadap, Menti Gentar di Sarolangun, Rabu, mengatakan sebagian Orang Rimba di Sako Tulang sudah pergi melangun (tradisi berpindah tempat) karena meninggalnya salah satu anak rimba atas nama Merangkuan (5) akibat komplikasi Hepatitis, meninggoencepaletis dan anemia akut, Selasa (9/8) kemarin.
Sako Tulang merupakan daerah asal Merangkuan, sedangkan Menti Gentar yang bermukim di Sako Nini Tulang berjarak sekitar empat kilometer dari Sako Tulang ikut merasakan ketakutan yang terjadi di kalangan Orang Rimba di kawasan tersebut.
"Kami di rimba sering terjadi penyakit semacam ini, saat ini anggota kelompok kami banyak yang sakit demam dan batuk, ada yang kuning juga dan deman "kuro" (malaria)," kata Menti.
Sebab itu Menti sangat berharap ada tindakan dari pemerintah untuk melakukan penanganan terhadap penyakit yang menyerang Orang Rimba saat ini.
"Kami berharap ada petugas kesehatan yang datang ke tempat kami, melakukan pengobatan dan juga memberi kami obat untuk tahan dengan penyakit itu," ujarnya.
Menti mengatakan Orang Rimba sudah mengetahui adanya hasil studi Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tentang temuan hepatatitis di kalangan Orang Rimba TNBD.
"Kami sudah diberi tahu kalau kami sangat banyak yang kena penyakit hepatitis, waktu itu ada dokter yang memeriksa kami, kami takut mendengarkannya waktu itu. Makanya kami juga sudah pergi ke dinas kesehatan supaya ada tindakan dari pemerintah pada kami," katanya menjelaskan.
Hanya saja lanjut Menti, hingga kini belum juga ada tindakan langsung ke Orang Rimba. "Tolonglah kami ini, sakit kuning itu banyak pada kami, kami tidak tahu bagaimana mengatasi penyakit ini," ujarnya.
Sementara itu, Rusli Effendi Fasilitator Kesehatan WARSI mengatakan, sejauh ini banyak faktor yang menyebabkan Orang Rimba sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Penyebab utamanya belum adanya kekebalan Orang Rimba dalam melawan penyakit menular yang menyerang mereka.
"Idealnya ada immunisasi massal yang dilakukan pada Orang Rimba, sembari melakukan kampanye hidup bersih pada Orang Rimba," kata Rusli.
Rusli mencontohkan, Merangkuan yang berusia lima tahun mengidap hepatitis, sangat mungkin tertular dari orang dewasa di sekitarnya. Ketika daya tahan tubuhnya yang lemah karena juga menderita anemia sangat mungkin menyebabkan dia terserang virus meningoencepalitis atau peradangan pada otak.
"Kondisi kesehatan Orang Rimba yang dalam ancaman besar hepatitis dan malaria sudah terungkap melalui studi yang dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, bekerjasama dengan komunitas Konservasi Indonesia WARSI pada awal tahun kemarin," katanya menjelaskan.
Dari studi Eijkman yang melakukan studi di tiga kabupaten yaitu Batanghari, Tebo dan Sarolangun, diketahui prevalensi Hepatitis B pada Orang Rimba sebesar 33.9 persen.
"Hal ini menunjukkan empat dari 10 Orang Rimba atau lebih dari sepertiga populasi orang Rimba mengidap penyakit hepatitis B. Tidak hanya itu penyakit malaria juga menjadi ancaman besar pada Orang Rimba dengan prevalensi mencapai 24,26 persen," katanya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016