Jambi (ANTARA Jambi) - Kepala Dinas Perhubungan dan Komunikasi Informasi Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi Hadi Firdaus, mengatakan sebanyak 34 desa di kabupaten itu tidak ada signal telpon seluler (blank spot) karena minimnya Base Transceiver Station (tower).
"Berdasarkan pemetaan dan pendataan terakhir, memang masih ada 34 desa yang "blank spot`. Namun ada yang dapat sinyal tapi tidak stabil," katanya di Muarasabak, Kamis.
Hadi menjelaskan, pembangunan jaringan atau Base Transceiver Station (BTS) itu tergantung dari penyedia layanan yang ada. Namun pemerintah daerah akan membuat Perda pembangunan BTS di wilayah Tanjung Jabung Timur.
Sebab berdasarkan analisa di lapangan, penyedia layanan lebih cenderung membangun tower di wilayah ramai, meski di wilayah tersebut jaringannya sudah.
"Makanya melalui Perda itu nanti kita akan dorong penyedia layanan agar membangun BTS di wilayah yang "blank spot"," katanya.
Hadi mengatakan pihaknya juga telah melakukan pertemuan dengan Telkom group. Hasilnya Telkom juga berkomitmen untuk membantu melakukan pendataan wilayah "blank spot" di kabupaten itu.
Di samping itu, Telkom kata Hadi juga berkomitmen mengoptimalkan BTS yang ada dengan peralatan baru untuk mencapai daerah "blank spot".
"Langkah kedua mereka juga akan membangun BTS baru di wilayah yang memang mampu dijangkau dengan BTS yang ada saat ini," katanya menambahkan.
Salah satu warga Desa Merbau, Kecamatan Mendahara, M Arsyad mengatakan saat ini masyarakat di sana masih menggunakan antena untuk mencari jaringan seluler.
"Kalau selalu pakai antena kan susah, HP harus diterikat dengan antena, sementara kita beraktifitas tentu di luar rumah," kata Arsyad.
Sementara warga Kelurahan Nibung Putih, Kecamatan Muarasabak Barat, Rona Yuliarti mengatakan signal untuk semua jenis kartu di wilayah itu memang sulit di dapat.
"Signalnya ilang-ilang timbul, jangankan internet, nelfon aja susah," kata Rona.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016
"Berdasarkan pemetaan dan pendataan terakhir, memang masih ada 34 desa yang "blank spot`. Namun ada yang dapat sinyal tapi tidak stabil," katanya di Muarasabak, Kamis.
Hadi menjelaskan, pembangunan jaringan atau Base Transceiver Station (BTS) itu tergantung dari penyedia layanan yang ada. Namun pemerintah daerah akan membuat Perda pembangunan BTS di wilayah Tanjung Jabung Timur.
Sebab berdasarkan analisa di lapangan, penyedia layanan lebih cenderung membangun tower di wilayah ramai, meski di wilayah tersebut jaringannya sudah.
"Makanya melalui Perda itu nanti kita akan dorong penyedia layanan agar membangun BTS di wilayah yang "blank spot"," katanya.
Hadi mengatakan pihaknya juga telah melakukan pertemuan dengan Telkom group. Hasilnya Telkom juga berkomitmen untuk membantu melakukan pendataan wilayah "blank spot" di kabupaten itu.
Di samping itu, Telkom kata Hadi juga berkomitmen mengoptimalkan BTS yang ada dengan peralatan baru untuk mencapai daerah "blank spot".
"Langkah kedua mereka juga akan membangun BTS baru di wilayah yang memang mampu dijangkau dengan BTS yang ada saat ini," katanya menambahkan.
Salah satu warga Desa Merbau, Kecamatan Mendahara, M Arsyad mengatakan saat ini masyarakat di sana masih menggunakan antena untuk mencari jaringan seluler.
"Kalau selalu pakai antena kan susah, HP harus diterikat dengan antena, sementara kita beraktifitas tentu di luar rumah," kata Arsyad.
Sementara warga Kelurahan Nibung Putih, Kecamatan Muarasabak Barat, Rona Yuliarti mengatakan signal untuk semua jenis kartu di wilayah itu memang sulit di dapat.
"Signalnya ilang-ilang timbul, jangankan internet, nelfon aja susah," kata Rona.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016