Jambi, Antarajambi.com - Akademisi Universitas Jambi Yudhi Achnopha mengatakan, pembangunan sekat kanal di area hutan lindung gambut (HLG) Londerang di Provinsi Jambi, berfungsi menjaga supaya kondisi kubahan gambut tetap basah sehingga dapat mencegah terjadinya kebakaran. 

"Fungsinya itu air di gambut tetap ada dan gambut tidak kering sehingga masih bisa ditanami dan tidak mudah terbakar saat musim kemarau," kata Yudhi di Jambi, Minggu.

Saat memberikan penjelasan pembangunan sekat kanal di area sekitar HLG Londerang, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Jambi, Yudhi mengatakan pembangunan sekat kanal di areal hutan gambut itu dinilai mampu menahan air, sehingga gambut tetap basah dan untuk menekan agar gambut tidak mudah terbakar.

WWF Indonesia melalui Program MCA-Indonesia Koridor menyiapkan 70 sekat kanal di Hutan Lindung Gambut Londerang yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Muarojambi dan Tanjungjabung Timur, Jambi.

Pembangunan sekat kanal sebanyak 70 unit itu terdiri dari 10 unit berukuran besar (di atas 6 meter), dan 60 unit sekat kanal yang berukuran kecil (di bawah 6 meter).

Sekat kanal yang dibangun dari pendanaan dari MCA-Indonesia itu diprioritaskan untuk membasahi gambut di sekitar Hutan Lindung Londrang dan wilayah budi daya sekitar Desa Rawasari saja.

Menurut Yudhi yang juga Ekspert Sekat Kanal Hidrologi dan Rewetting itu, dengan menyekat seluruh saluran air yang berada di areal hutan lindung gambut, masih tetap berfungsi menyimpan air pada kubahan gambut.

"Dengan sekat kanal ini kabar baiknya adalah walaupun terbakar tapi masih berfungsi karena dom gambutnya juga masih berfungsi, karena pada saat tidak ada hujan masih tetap bisa mengalirkan air di saluran sekat kanal itu," katanya menjelaskan.

Dia menjelaskan lagi melalui pembangunan sekat kanal itu air yang yang ada pada saluran gambut itu akan tertahan sehingga pada musim kemarau kondisi gambut masih akan tetap basah.

Adapun untuk biaya pembangunan sekat kanal di area HLG Londerang itu diantaranya untuk kategori pembangunan satu sekat kenal besar (diatas enam meter) dibutuhkan budgeting sebesar Rp100 juta, dan untuk kategori sedang atau empat hingga enam meter dibutuhkan sebesar Rp51 juta.

"Sementara yang paling kecil atau di bawah empat meter itu biayanya Rp21 juta untuk satu pembangunan, dan yang mahal itu kayunya karena kayu yang kita pakai itu didatangkan dari Sumsel dan sudah memiliki sertfikasi," kata Yudhi Achnopha menambahkan.

Pewarta: Gresi Plasmanto

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017