Jambi, 10/9 (Antara) - Awal berdirinya Penyiaran Radio di Jambi mempunyai peranan dalam mengendalikan informasi dan strategi kemanaan. Karena, informasi dan berita menjadi sangat penting demi menenangkan rakyat yang tengah digempur berbagai kekhawatiran pada masa pemberontakan yang terjadi tahun 1956.

Pada 1956 menjadi peristiwa penting lahirnya Radio Jambi (sebelum RRI Jambi) yang merupakan pilihan ideal yang diambil oleh Penguasa Perang di Jambi saat itu. Radio Jambi menyampaikan Informasi dengan cepat dan meluas hingga ke seluruh keresidenan; Jambi, Batanghari, Merangin dan Kerinci.

"Awalnya sebelum RRI itu namanya Radio Jambi yang pada masa itu mempunyai peranan dalam mengendalikan informasi dan strategi kemanaan demi menenangkan rakyat ditengah gempuran pemberontakan yang terjadi pada masa itu," kata Kepala RRI Jambi Rasman kepada Antara di Jambi, Minggu (10/9).

Pada masa itu terdapat beberapa keresidenan. Yakni Keresidenan Jambi, Keresidenan Batanghari, Keresidenan Merangin, dan Keresidenan Kerinci yang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Sumatera Tengah yang beribukota di Palembang.

Sementara itu, anggota Penyusun Selayang Pandang Berdirinya RRI Jambi Mahmud Al Mahdaly menceritakan, saat itu suasana di wilayah keresidenan tak memberikan gairah kehidupan, karena begejolak peristiwa pemberontakan.

Berbagai berita dan informasi tentang situasi politik, membuat masyarakat semakin gelisah, karena secara menyeluruh situasi keamanan Sumatera pada masa itu dianggap tidak kondusif, karena adanya pemberontakan PRRI yang berpusat di Sumatera Barat.

Radio Jambi pada saat itu mengudara selama dua jam dalam sehari atau dimulai pukul 18.00 hinga 20.00 WIB, dengan memberikan infromasi yang akurat dan yang terjadi saat ini. Sedangkan para petugas Radio Jambi saat itu sebagian besar dari jawatan penerangan kabupaten.

Radio Jambi saat itu berlokasi dikawasan kampung Enclek samping asrama Polisi sekitar Kelurahan Rajawali Kecamatan Pasar Jambi dan menempati sebuah bangunan rumah lama, dengan menggunakan pemancar PTT POS, Telegrap, dan Telepon berkekuatan 300 Watt gelombang 120 meter.

"Penanggung jawab keamanan studio Radio Jambi dikuasai Letnan II Samsudin Uban, yang saat ini namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jambi," kata Mahmud.

Pemberontakan PRRI pimpinan Kolonel Ahmad Husen saat itu sangat berpengaruh terhadap wilayah Propinsi Jambi yang baru saja didirikan. Ketika itu pemberontakan PRRI sudah mendesak ke wilayah Bangko pada tahun 1958. Radio Jambi pun menjadi berguna dalam menyampaikan berita kepada rakyat Jambi.

"Dan pada saat pemberontakan itu terjadi, Radio Jambi memberikan informasi untuk menenangkan kepada rakyat terkait kondisi dan situasi keamanan yang terjadi, demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Mahmud.

Berganti Nama menjadi RRI Jambi

Waktu berjalan begitu cepat dan tanpa terasa, perkembangan situasi dan berbagai pembangunan sangat menjadi perhatian RRI Jambi guna diberitakan kepada masyarakat luas.

Berselang beberapa tahun kemudian atau sejak Provinsi Jambi terbentuk pada 6 Januari 1957 turut pula dibentuk Badan Persiapan Radio yang diketuai oleh R. Sumardi, PS. Dan selanjutnya pada tanggal 24 Agustus 1959 dikeluarkan SK Menteri Penerangan tentang berdirinya RRI Jambi, demikian bunyi Selayang Pandang berdirinya RRI Jambi.

Tentu saja, secara otomatis, setelah berdirinya RRI Jambi pada tahun 1960 maka Radio Jambi pun berakhir dengan berganti nama menjadi Radio Republik Indonesia (RRI) Jambi. Pada masa itu RRI Jambi menempati bangunan rumah pemberian Walikota Jambi Raden Sudarsono, di kawasan Murni dengan pemancar MW, 300 Watt yang dirakit.

"Setelah resmi dikeluarkan SK tentang berdirinya RRI Jambi, dan kemudian dilakukan persiapan alat kelengkapan secara matang, RRI Jambi resmi mengudara pada 11 September 1960. Meski dengan peralatan masih sederhana, RRI Jambi harus tetap berperan optimal demi kepentingan pemerintah dan rakyat saat itu," kata Mahmud menjelaskan.

Sebagai perintis berdirinya RRI Jambi, pada saat itu terdapat penyiar, reporter, dan peliput berita, antara lain sederet nama penting, yakni H. Asri Rasyid, Rosdani Tayeb, Siti Nurmala, Zalni AS, Hatib Barmawi, Nurlini, A. Razak, Ismail, Saleh Basyar, M. Basyir Manan, M.T. Fahrudin dan Raden Yancik.

Tentu saja bagi mereka merupakan tugas berharga sekaligus pengalaman baru dalam dunia radio, demikian catatan yang diungkapkan pegawai RRI Jambi Mahmud Al Mahdaly yang saat ini masih bertugas di RRI Jambi.

Tahun 1962 pemancar berkekuatan 1 kilowatt buatan Amerika dengan merek RCA telah terpasang untuk RRI Jambi yang didirikan di kawasan Sipin, Kota Jambi. Pemancar itu dapat memperluas daya siar dengan cakupan yang luas, dan penyiaran pun dapat terselenggara sejak pagi hingga malam di bawah pimpinan Muhammad Nurdin Supomo selaku kepala Stasiun RRI Jambi.

Muhammad Nurdin Supomo sebagai Kepala Staisun RRI Jambi yang pertama itu mulai bertugas sejak 1960 hingga 1966. Dia dimutasi dari RRI Palembang dengan mengandalkan 20 karyawan RRI.

Saat itu Muhammad Nurdin Supomo yakin RRI Jambi bisa berdiri dan berjaya dengan sederetan penyiar yang handal saat itu diantaranya Sulaini Majid /Kidu, M. Yasid, Jas Budaya, Rohaya, Udin Tayib, Alinus, Samsul Muin Harahap dan Aceng.

Setelah setahun dilantik menjadi kepala RRI Jambi, Muhammad Nurdin Supomo pun mendirikan bangunan di Sipin untuk menempatkan pemancar berkekuatan 1 kilowatt gelombang 89 meter. Dua tahun kemudian 1963 MN. Supomo mendirikan gedung di tempat yang sama yang diresmikan oleh Menteri Penerangan Akagani.

Dalam upaya meningkatkan daya jangkau RRI Jambi dan memberi terobosan baru pada tahun 1964 MN. Supomo mendatangkan pemancar yang lebih besar dengan kekuatan 7,5 kilowatt sehingga daya pancar siar RRI Jambi sudah dapat didengar hingga ke pelosok desa di Provinsi Jambi.

Ketika itu terjadi Konfrontasi dengan negara Malaya yang sekarang Malaysia. RRI Jambi telah meracik acara Muhibah Ke Tanah Melayu dan Genta Suara Dari Langit, siaran RRI Jambi dapat didengar di sebagian negara Asia Tenggara hingga ke Benua Eropa.

Muhammad Nurdin Supomo kemudian menata paket siaran yang sesuai dengan kondisi daerah Jambi kala itu, dengan delapan jam siaran setiap hari. Sedangkan setiap hari libur jam siaran ditambah menjadi 13 jam.

Pada bulan September 1965 terjadi peristiwa berdarah yang dikenal dengan Penghianatan G-30 S PKI di ibukota negara Rerupblik Indonesia. RRI Jambi telah ambil bagian dan turut serta dalam memberikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat pendengar mengenai situasi musibah yang menimpa bangsa Indonesia yang tercinta ini.

11 September Hari Radio

RRI yang pada tanggal 11 September 2017 genap berusia 72 Tahun itu juga ditetapkan sebagai Hari Radio. Pada tahun ini secara nasional mengusung tema "Bersama Dalam Keberagaman", termasuk juga untuk RRI Jambi.

Pada perayaan hari jadi RRI itu, di Jambi mengadakan sejumlah rangkaian kegiatan, antaralain seperti Jalan Santai, Lomba Penyiar dan berbagai lomba lainnya.

Pada usia yang sudah menginjak 72 tahun itu, RRI Jambi khsusunya komitmen melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan berbagai peningkatan inovasi program demi menjangkau siaran yang luas di provinsi dengan julukan "Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" ini.

Program yang dihadrikan antara lain on-air dan off-air RRI yang saat ini terus bergulir di seluruh wilayah negri melalui kekuatan besar dengan lebih dari 80 stasiun siaran di berbagai wilayah Indonesia bahkan hingga ke pelosok dan wilayah-wilayah perbatasan NKRI.

Pada hari ulang tahunnya itu, RRI Jambi mengharapkan peran serta publik di Jambi untuk ikut dalam siaran dan bisa hadir dalam setiap panggung pagelaran.

Konsen kami saat ini bagaimana mengubah mindset masyarakat sikap pendengar, karena apalah artinya siaran RRI ini kalau tidak diminati pendengarnya. Dan juga saat ini tugas kami adalah berupaya mengurangi blankspot karena selama ini ada beberapa relai stasiun yang tidak berfungsi, demikian Rasman.









Pewarta: Gresi Plasmanto

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017