Jambi (Antaranews Jambi) - Provinsi Jambi pada Januari 2018 mengalami inflasi sebesar 0,84 persen (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang hanya 0,62 persen (mtm) disebabkan meningkatnya harga beberapa komoditas di daerah itu.

Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Poltak Sitanggang di Jambi, Selasa, mengatakan inflasi Januari 2018 itu lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan periode Januari dua tahun terakhir yang hanya 0,38 persen (mtm).

Perkembangan inflasi Provinsi Jambi katanya disumbang oleh Kota Jambi yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,91 persen (mtm) atau 3,39 persen (yoy), dan Kabupaten Bungo dengan angka inflasi sebesar 0,25 persen (mtm) atau 3,66 persen (yoy).

Inflasi Kota Jambi pada Januari 2018 terutama disebabkan meningkatnya harga komoditas volatile food yaitu ikan nila, daging ayam ras, kangkung, bayam, daun singkong, beras, cabai rawit dan kentang.

"Selain itu perkembangan inflasi juga didorong oleh kenaikan tarif administered price pada komoditas rokok kretek filter. Sedangkan untuk kelompok inflasi inti, sumbangan tertinggi bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan," kata Poltak.

Adapun inflasi Kabupaten Bungo dipengaruhi oleh pergerakan volatile food dan inflasi inti.

Komoditas volatile food yang menjadi penyumbang utama inflasi di Kabupaten Bungo adalah daging ayam ras, udang basah, cabai merah, nila, ikan cakalang, ikan kembung, dan cabai rawit.

Sedangkan komoditas kelompok inflasi inti yang mendorong inflasi Januari 2018 adalah emas perhiasan, shampoo dan upah pembantu RT.

Poltak mengatakan, memperhatikan perkembangan harga terkini serta proyeksi kebijakan penetapan harga oleh pemerintah maupun pelaku usaha, inflasi Provinsi Jambi di bulan Februari 2018 diperkirakan dapat ditekan oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan yang mulai memasuki masa panen.

"Ke depan beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain curah hujan dengan intensitas tinggi yang dapat mengganggu produktivitas dan distribusi tanaman pangan terutama hortikultura," ujarnya.

Poltak mengatakan, mencermati tantangan dan potensi risiko inflasi tahun 2018 di Jambi, telah dilaksanakan rapat koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Jambi pada minggu ke-dua Januari 2018 lalu.

"Dalam pembahasan tersebut, OPD menyampaikan isu dan hasil pemantauan lapangan terkait kenaikan harga beberapa bahan pokok seperti beras, daging ayam dan cabai," katanya menjelaskan.

Sementara sehubungan dengan pengendalian gejolak harga bahan pangan, lanjutnya, telah dilakukan berbagai langkah strategis meliputi pelaksanaan operasi pasar, pengawasan terhadap implementasi Harga Eceran Tertinggi (HET), pemantauan ketersediaan stok atau cadangan Bulog serta pertemuan dengan pelaku usaha terkait dalam rangka mengatasi hambatan di sisi tata niaga.

Selain itu, Satgas Pangan Provinsi Jambi juga dinilai memiliki andil penting dalam menjaga stabilitas harga.

"Seluruh OPD menyepakati perlunya dilakukan evaluasi secara berkala atas perkembangan harga komoditas bahan pangan guna merumuskan upaya antisipasi sebelum terjadinya lonjakan harga yang berlebihan," kata Poltak menambahkan.***

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018