Jambi, (Antara) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jambi berupaya menjaga tingkat inflasi daerahnya dalam ambang batas kewajaran selama bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1439 H.
Ketua TPID yang juga Sekretaris Daerah Provinsi Jambi M Dianto di Jambi, Kamis, mengatakan pada Ramadhan biasanya harga cenderung naik terutama pangan, sehingga pihaknya beserta seluruh instansi terkait berupaya menjaga kenaikan harga-harga tersebut tidak terlalu signifikan.
"TPID Provinsi Jambi telah melakukan berbagai upaya dalam berbagai aspek seperti kelembagaan, koordinasi, distribusi, ketersediaan, dan aspek ekspektasi dalam menekan inflasi," kata Dianto.
Selain itu, berbagai langkah kebijakan lain juga dilakukan pemerintah dalam mengurangi tinginya kenaikan harga komoditas pangan termasuk hortikultura, unggas dan produk turunannya, serta hasil perikanan/kelautan.
Seperti melakukan pemantauan terhadap harga eceran tertinggi (HET) baik terhadap komoditas bahan pangan maupun bahan bakar migas.
Kemudian melakukan pengawaan terhadap ketersediaan pasokan dan cadangan pangan serta kelancaran jalur distribusi dan mendorong optimalisasi operasi pasar.
"Juga memastikan ketersediaan bahan bakar minyak dan gas untuk mengantisipasi kenaikan harga dan berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait untuk mengantisipasi lonjakan tarif angkutan umum saat Lebaran," kata Dianto menjelaskan.
Dikatakannya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, perkembangan IHK Provinsi Jambi pada Maret 2018 terpantau mengalami inflasi sebesar 0,60 persen (mtm) atau secara tahunan 4,17 persen (yoy). Inflasi bulanan Provinsi Jambi itu lebih tinggi dibanding realisasi inflasi nasional sebesar 0,20 (mtm) atau 3,40 persen (yoy).
Perkembangan inflasi Provinsi Jambi disumbang oleh Kota Jambi yang tercatat mengalami inflasi 0,63 persen (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 4,28 persen (yoy) dan inflasi Kabupaten Bungo 0,32 persen (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi 3,15 persen (yoy).
Dianto mengungkapkan, inflasi Kota Jambi terutama disebabkan kenaikan harga komoditas "volatile food" yaitu cabai merah, bawang merah, bayam, daging ayam ras, udang basah, bawang putih, kangkung dan sawi hijau. Di samping itu juga dipengaruhi oleh kenaikan harga mobil pada kelompok inti dan bahan bakar nonsubsidi pada kelompok "administered price".
Sedangkan inflasi Kabupaten Bungo didorong terutama oleh naiknya harga komoditas "volatile food" dan kelompok inti. Komoditas "volatile food" yang menjadi penyumbang utama inflasi Bungo adalah cabai merah, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras dan cabai rawit.
"Sementara komoditas inti yang mendorongf inflasi adalah nasi dengan lauk, biaya jaringan saluran TV dan sabun deterjen bubuk/cair," kata Dianto menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018
Ketua TPID yang juga Sekretaris Daerah Provinsi Jambi M Dianto di Jambi, Kamis, mengatakan pada Ramadhan biasanya harga cenderung naik terutama pangan, sehingga pihaknya beserta seluruh instansi terkait berupaya menjaga kenaikan harga-harga tersebut tidak terlalu signifikan.
"TPID Provinsi Jambi telah melakukan berbagai upaya dalam berbagai aspek seperti kelembagaan, koordinasi, distribusi, ketersediaan, dan aspek ekspektasi dalam menekan inflasi," kata Dianto.
Selain itu, berbagai langkah kebijakan lain juga dilakukan pemerintah dalam mengurangi tinginya kenaikan harga komoditas pangan termasuk hortikultura, unggas dan produk turunannya, serta hasil perikanan/kelautan.
Seperti melakukan pemantauan terhadap harga eceran tertinggi (HET) baik terhadap komoditas bahan pangan maupun bahan bakar migas.
Kemudian melakukan pengawaan terhadap ketersediaan pasokan dan cadangan pangan serta kelancaran jalur distribusi dan mendorong optimalisasi operasi pasar.
"Juga memastikan ketersediaan bahan bakar minyak dan gas untuk mengantisipasi kenaikan harga dan berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait untuk mengantisipasi lonjakan tarif angkutan umum saat Lebaran," kata Dianto menjelaskan.
Dikatakannya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, perkembangan IHK Provinsi Jambi pada Maret 2018 terpantau mengalami inflasi sebesar 0,60 persen (mtm) atau secara tahunan 4,17 persen (yoy). Inflasi bulanan Provinsi Jambi itu lebih tinggi dibanding realisasi inflasi nasional sebesar 0,20 (mtm) atau 3,40 persen (yoy).
Perkembangan inflasi Provinsi Jambi disumbang oleh Kota Jambi yang tercatat mengalami inflasi 0,63 persen (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 4,28 persen (yoy) dan inflasi Kabupaten Bungo 0,32 persen (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi 3,15 persen (yoy).
Dianto mengungkapkan, inflasi Kota Jambi terutama disebabkan kenaikan harga komoditas "volatile food" yaitu cabai merah, bawang merah, bayam, daging ayam ras, udang basah, bawang putih, kangkung dan sawi hijau. Di samping itu juga dipengaruhi oleh kenaikan harga mobil pada kelompok inti dan bahan bakar nonsubsidi pada kelompok "administered price".
Sedangkan inflasi Kabupaten Bungo didorong terutama oleh naiknya harga komoditas "volatile food" dan kelompok inti. Komoditas "volatile food" yang menjadi penyumbang utama inflasi Bungo adalah cabai merah, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras dan cabai rawit.
"Sementara komoditas inti yang mendorongf inflasi adalah nasi dengan lauk, biaya jaringan saluran TV dan sabun deterjen bubuk/cair," kata Dianto menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018