Harga minyak anjlok hingga 7,1 persen

Rabu, 14 November 2018 8:24 WIB

New York (Antaranews Jambi) - Kemerosotan harga minyak kian cepat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan kontrak berjangka AS mengalami kerugian satu hari paling curam dalam lebih dari tiga tahun, akibat kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang pelemahan permintaan global dan kelebihan pasokan.

Minyak AS berjangka ditutup jatuh 7,1 persen, memperpanjang rekor penurunan menjadi 12-hari berturut-turut dan merupakan tingkat terendah sejak November 2017. Lebih dari 980.000 kontrak berpindah tangan, karena dana-dana melepaskan posisi.

"Ini seperti lonjakan penarikan dana-dana dari bank," kata Analis di Price Futures Group di Chicago, Phil Flynn, seperti dikutip Reuters. "Ini menuju ke titik di mana hal itu tampaknya tidak lagi tentang fundamental, tetapi total kejatuhan harga."

Para pedagang mengatakan penjualan tersebut merupakan perpanjangan dari Senin (12/11), yang dipicu setelah Presiden AS Donald Trump memposting tweet yang dimaksudkan untuk menekan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) agar tidak mengurangi pasokan untuk menopang harga.

"Tweet Trump menyusul laporan akhir pekan bahwa Arab Saudi sedang mempertimbangkan pemotongan produksi pada pertemuan OPEC Desember, karena meningkatnya kekhawatiran bahwa pasokan telah mulai melebihi konsumsi," katanya.

Para spekulan telah menarik kembali taruhan besar mereka pada reli minyak, sebuah proses yang dilanjutkan pada Selasa (13/11), kata para pedagang. Pada pekan lalu, hedge fund dan manajer uang lainnya telah mengurangi posisi jangka panjang mereka dalam kontrak minyak ke angka terendah sejak Agustus 2017.

Pedagang-pedagang mengatakan bahwa pelemahan baru-baru ini dalam ekuitas telah mengipasi kekhawatiran tentang pertumbuhan global, yang juga berkontribusi terhadap penurunan harga minyak.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Desember, ditutup jatuh 4,24 dolar AS atau 7,1 persen, menjadi 55,69 dolar AS per barel. Ini merupakan persentase penurunan satu hari terbesar untuk kontrak sejak September 2015. Minyak mentah AS telah kehilangan 28 persen sejak mencapai puncaknya di awal Oktober.

Sementara itu, minyak mentah Brent merosot 4,65 dolar AS atau 6,6 persen, menjadi berakhir di 65,47 dolar AS per barel, kerugian satu hari terbesar sejak Juli. Patokan global ini telah kehilangan 25 persen sejak mencapai angka tertinggi empat tahun pada awal Oktober. Sekarang berada pada level yang tidak terlihat sejak Maret.

Dalam laporan bulanannya, OPEC mengatakan permintaan minyak dunia tahun depan akan naik 1,29 juta barel per hari (bph), 70.000 barel per hari lebih rendah dari prediksi bulan lalu dan penurunan perkiraan keempat berturut-turut. Namun demikian, produksi naik 127.000 barel per hari menjadi 32,9 juta barel per hari, kata OPEC.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan pada Senin (12/11) bahwa OPEC sepakat ada kebutuhan untuk mengurangi pasokan minyak tahun depan sekitar satu juta barel per hari dari tingkat Oktober untuk mencegah kelebihan pasokan.

Sekalipun Saudi telah berjanji untuk mengurangi produksi, produksi AS mencapai 11,6 juta barel per hari dalam minggu terakhir, sebuah rekor baru. Rusia telah memberikan sinyal beragam tentang pemotongan produksi, dengan Kepala Eksekutif Lukoil Vagit Alekperov mengatakan pada Senin (12/11) bahwa dia tidak melihat pemotongan produksi diperlukan.

"Mereka tidak dapat memutuskan untuk mengurangi atau tidak," kata Direktur Energi Berjangka di Mizuho, Bob Yawger. "Teman-teman yang aneh ini tidak lagi tampak seperti mereka di tempat tidur yang sama lagi."

Baca juga: OPEC siap seimbangkan pasar minyak global

Baca juga: Kurs dolar AS melemah setelah rancangan Brexit tercapai

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018

Terkait
Terpopuler