JK: Kedua capres memang gunakan strategi Islami

Selasa, 9 April 2019 15:30 WIB

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kedua capres, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, menggunakan strategi yang sama dalam upaya memenangi kontes Pilpres 2019, yakni sama-sama menggunakan pendekatan Islami.

"Jadi strategi umum yang terjadi, kedua calon itu (menggunakan) strategi Islami, (mendekati) pemilih yang Islam. Dua-duanya memakai strategi yang sama, cuma caranya saja yang berbeda," kata JK kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Selasa.

Pendekatan Islami yang dilakukan capres petahana Joko Widodo, kata JK, ditunjukkan dengan menggandeng ulama, Ma'ruf Amin, sebagai calon wapresnya. Sementara capres Prabowo Subianto menggunakan strategi dengan melibatkan ormas-ormas Islam dalam upaya pemenangannya.

"Pak Jokowi ambil ulama itu kan berarti dia ingin dekat dengan pemilih Islami kan? Kemudian yang satunya (Prabowo, red.) memakai simbol-simbol Islam yang sangat keras, (shalat) subuh berjamaah," jelasnya.

Terkait pesan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang mengkritik kampanye akbar Prabowo-Sandi terlalu ekslusif dan mengedepankan identitas agama, JK menilai pesan tersebut baik.

JK sepakat bahwa pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia, khususnya dalam kampanye Pilpres, seharusnya tidak membeda-bedakan identitas masyarakat.

"Surat yang disampaikan Pak SBY itu, sebagai pemimpin, bagus. Supaya kita, walaupun berbeda dalam caranya, tetap bersatu dalam mengemukakannya, dalam kampanyenya," katanya.

Sebelumnya, SBY mengirimkan pesan terbuka dari Singapura yang ditujukan kepada Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsudin, Wakil Ketua Umum Syarief Hasan dan Sekjen Hinca Panjaitan, terkait pelaksanaan kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Minggu (6/4).

Dalam surat tersebut, SBY meminta kepada tiga pimpinan Partai Demokrat untuk memberikan saran kepada capres Prabowo agar memastikan kampanyenya mengusung persatuan dalam perbedaan.

"Cegah demonstrasi, apalagi 'show of force' identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem," kata SBY dalam suratnya.

Sebagai mantan presiden dan mantan capres, SBY dengan tegas menyatakan ketidaksukaannya terhadap konsep kampanye yang memecah-belah kelompok menjadi "pro-Pancasila" dan "pro-Khilafah". 

Baca juga: JK: Masyarakat golput karena bingung, bukan kecewa
Baca juga: Wapres JK yakin partisipasi pemilih di atas 75 persen

Pewarta: Fransiska Ninditya

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019

Terkait

Debat capres 2019 putaran kedua

Minggu, 17 Februari 2019 21:04
Terpopuler