"Debat yang menarik dan original jika tak ada lagi kisi kisi soal. Barangkali, debat awal hanya normatif tak ada yang heboh dan menarik," kata Jerry, di Jakarta, Minggu.
Hal itu, lanjut dia, untuk menghindari opini publik dan akan menjadi bahan gurauan negara tetangga.
"Format pada debat pertama bagi saya tak bermutu dan tak berkualitas. Siapa saja bisa melakukannya. Ini kan debat presiden bukan bupati atau gubernur. Bikin yang fantastis biar debat berkembang, bukan identik dengan debat rekayasa atau settingan," kata Jerry.
Peneliti IPI ini menyebutkan, bila debat capres berkualitas, maka marwah KPU dan kredibilitas KPU tetap terjaga.
"Silahkan berkreasi tanpa ada pencemaran, fitnah atau hoaks. Publik menunggu isu ekonomi dan pangan dipastikan panas jika tak ada kisi-kisi soal. Isu kartel dan mafia pangan, utang luar negeri, revitalisasi asing, pembangunan infrastruktur, BPJS, pertumbuhan ekonomi dan impor beras merupakan topik yang hangat dan menarik yang ditunggu," ucapnya.
Ia menambahkan, pada debat pertama pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mungkin bagi kelompok "grassroot" debat itu luar biasa.
"Tetapi bagi kalangan akademisi, profesional dan intelektual biasa saja atau 'low quality standard'," kata Jerry.
Baca juga: Sandi: Debat capres tidak perlu dibuat panas
Baca juga: TKN tak keberatan KPU tak lagi beri kisi-kisi
Baca juga: Sandiaga sepakat penghapusan kisi-kisi debat
Baca juga: PBNU usulkan debat capres di tempat terbuka