Badan Restorasi Gambut (BRG) bersama pemerintah daerah serta berbagai LSM dan pihak lain hingga Desember 2018 telah melakukan kegiatan restorasi gambut di Provinsi Jambi seluas 77.528 hektare pada areal ekosistem gambut rusak.

"BRG Pemerintah Daerah Jambi terus melakukan upaya aktif restorasì ekosistem gambut melalui kegiatan pembasahan kembali (rewetting), revegelasi, revitalisasi sosial-ekonomi masyarakat dan program desa peduli gambut. Hingga 2018 telah dilakukan pembasahan pada 77.528 hektare areal gambut rusak di Jambi," kata Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Dr. Myrna A. Safitri di Jambi, Senin.

Dalam diskusi BRG bersama media di salah satu cafe di Jambi itu, Myrna mengatakan pembasahan ekosistem gambut merupakan upaya awal pencegahan kebakaran. 

"Namun demikian, kita perlu tetap waspada karena kebakaran masih berpotensi terjadi. Kerusakan gambut yang sangat parah memerlukan waktu panjang untuk pemulihan karena gambut belum sepenuhnya kemball pada kondisi semula," ujarnya.

Upaya restorasi gambut BRG kata Myrna juga menargetkan wilayah konsesi perkebunan yang diolah oleh pemilik wilayah konsesi dan wilayah hutan produksi yang tanggung jawab restorasi dibebankan kepada pemerintah daerah. 

Peran BRG lanjutnya, adalah mensupervisi konstruksi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur agar upaya restorasi dilaksanakan dengan optimal.

"Di Jambi luas areal target supervisi pada konsesi perkebunan adalah 38.954 hektare dan pada area kehutanan 43.656 hektare. Pelaksanaan supervisi BRG telah menjangkau 11.950 hektare dan akan terus berlanjut," katanya menjelaskan.

BRG bersama dengan Pemda dan mitra LSM juga telah membangun Infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) sejak tahun 2016. Hingga tahun 2018 telah dilaksanakan intervensi pembasahan gambut oleh BRG sebanyak 437 unit sekat kanal, 294 unit sumur bor, 125 hektare lahan yang berhasil direvegetasi dan 42 kelompok masyarakat yang telah mendapatkan bantuan revitalisasi sosial ekonomi masyarakat.

Untuk memantau kinerja intervensi PIPG yang telah dibangun, BRG bersama mitra telah memasang 13 unit teknologi pemantauan tinggi muka air (TMA) di lahan gambut secara realtime melalul Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (SIPALAGA) di Jambi.

BRG kata Myrna terus melakukan kegiatan-kegiatan penyiapan dan pemberdayaan masyarakat sekitar gambut melalul Program Desa Peduli Gambut (DPG).

Untuk Provinsi Jambi, program DPG pads 2017-2018 dilakukan BRG bersama para mitra pada 28 desa/kelurahan yang berada di Kabupaten Tanjunggabung Barat, Tanjungjabung Timur dan Kabupaten Muarojambi. 

"Program DPG berkontribusi pada peningkatan status kemajuan desa. DPG diharapkan dapat menjadi salah satu cara agar upaya restorasi gambut berkelanjutan," kata Myrna menambahkan.

Deputi Bidang Perencanaan dan Kerjasama Badan Restorasi Gambut, Dr. Budi Wardhana, mengatakan titik panas atau hotspot di area target restorasì gambut BRG di Jambi berkurang dari 1.056 titik pada tahun 2015 menjadi 43 titik di tahun 2018.

"PIPG yang dibangun oleh BRG bersama dengan mitra berhasil menurunkan titik panas secara signifikan di area sekitar lokasi PPG. Jika berada pada radius 0-1 kilometer dari PIPG, rata-rata hanya ada 2,4 persen hotspot. Semakin jauh dari PPG, hotspot bertambah. Misalnya pada jarak 1-2 kilometer ditemukan 5,6 persen hotspot dan pada jarak lebih dari 2 kilometer ada 92 persen hotspot," kata Budi.

Kelompok Ahli Badan Restorasi Gambut, Dr Asmadi Saad mengatakan potensi ekosistem gambut di Jambi sangat besar. Selain untuk menyimpan cadangan karbon dan membantu menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global, gambut apabila di kelola dengan baik dapat memajukan perekonomian masyarakat. 

"Hasil pertanian di lahan gambut, termasuk yang di daerah Jambi dapat dijadikan sebuah komoditas pangan ramah lingkungan menggunakan teknik pengelolaan tanpa bakar dan hasil pangan diolah dan dipasarkan dengan baik," kata Asmadi.

Sementara itu, warga Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Marwiyah yang merupakan salah satu Seniman Pangan yang dilaksanakan oleh BRG bekerjasama dengan Javara, mengatakan melalui kegiatan pemberdayaan bersama perempuan di desanya, Marwiyah mengolah tanaman Nipah yang tumbuh subur sebagai penyangga erosi gambut yang tumbuh di sekitar desa.

Nipah kemudian diolah menjadi dodol dan permen jelly yang telah dijual kepada berbagai kalangan masyarakat. Nipah selain dikenal kaya protein, kalium dan magnesium juga memiliki zat anti anker dan layak untuk dikonsumsi.***

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019