Sebanyak 38 karyawan beserta keluarganya yang merupakan penyintas dari aksi kelompok Serikat Mandiri Batanghari (SBM) di Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi, menjadi target prioritas pemulihan trauma.
"Mereka menjadi prioritas karena mengalami langsung penyerangan SMB ke camp Distrik VIII pada 13 Juli lalu," kata Kepala Department HRD PT Wira Karya Sakti (WKS) Nofery Healdy, di Jambi Senin.
Kegiatan trauma healing itu dilaksanakan pada Minggu (28/7) di Kantor PT WKS Mayang Jambi, bekerja sama dengan Himpunan Psikolog Indonesia Wilayah Jambi (Himpsi Jambi), ujarnya.
Pada agenda tersebut juga ada salah seorang karyawan yang mengalami luka cukup serius yakni patah kaki dan luka lebam pada wajah, karenanya untuk kasus tersebut PT WKS langsung mendatangi rumah penyintas bersama tim psikolog.
"Kita harus terus hadir dan membangun solidaritas sesama karyawan," ungkapnya.
Pemulihan trauma itu dengan mendatangkan empat orang psikolog, yang di antaranya terdapat psikolog keluarga dan anak karena terdapat anak-anak yang juga terpapar kekerasan saat terjadi penyerangan.
Berdasarkan data yang dimiliki WKS, ada catatan pada hari kejadian terdapat enam orang perempuan dan enam anak yang terpapar kekerasan pada saat kejadian penyerangan pada 13 Juli 2019, mereka terdaftar dalam kegiatan itu, kata Pimpinan tim relawan taruma healing, Afifah.
"Kegiatan ini juga memberikan materi tentang psikoedukasi agar dapat melakukan deteksi dini dan pertolongan pertama dalam trauma," katanya.
Menurutnya dampak paparan kekerasan dan trauma bisa langsung terasa saat itu juga, atau bisa muncul dalam jangka bulanan, semesteran atau bahkan bertahun-tahun kemudian tergantung kemampuan masing-masing orang dalam menekan trauma. Kadang meski sudah pulih, sewaktu-waktu trauma juga bisa muncul kembali.
"Oleh karena itu mereka diedukasi agar dapat melakuan self screening trauma," katanya.
Baca juga: Aparat bongkar bangunan kelompok SMB
Tim Psikolog mencatat ada reaksi-reaksi yang tidak biasa dari anak-anak yang diterapi seperti bereaksi kasar, karena itu perlu diobservasi lebih lanjut untuk melihat dampaknya, ujar dia.
Dalam sesi sharing ada seorang ibu ditodong senjata api rakitan di pipinya dan itu disaksikan anak perempuannya. "Sampai hari ini reaksi-reaksi fisiknya masih ada seperti berkeringat dingin, berdebar, bahkan sempat menolak menghadiri sesi konseling ini, karena takut pengalaman buruk akan terbuka kembali," tambah dia.
Menurut Slamet Irianto selaku Kadep Sosial dan Sekuriti PT WKS, sebetulnya yang terpapar oleh SMB bukan hanya yang ikut trauma healing, karena lebih dari setahun seluruh karyawan Distrik IV dan Distrik VIII tidak pernah merasa aman dalam bekerja dan sering mendapat intimidasi dan kekerasan.
Selanjutnya kegiatan trauma healing akan diberikan kepada seluruh karyawan di Distrik IV maupun Distrik VIII, ujarnya. Selain itu PT WKS akan membuka posko ceria di beberapa titik desa sekitar konsesi yang terpapar dampak SMB, agar situasi dapat kembali harmonis.
Baca juga: Suku Anak Dalam Jambi diduga jadi tameng kejahatan SMB
Baca juga: Polda Jambi menyatakan SMB kelompok kriminal bersenjata
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019
"Mereka menjadi prioritas karena mengalami langsung penyerangan SMB ke camp Distrik VIII pada 13 Juli lalu," kata Kepala Department HRD PT Wira Karya Sakti (WKS) Nofery Healdy, di Jambi Senin.
Kegiatan trauma healing itu dilaksanakan pada Minggu (28/7) di Kantor PT WKS Mayang Jambi, bekerja sama dengan Himpunan Psikolog Indonesia Wilayah Jambi (Himpsi Jambi), ujarnya.
Pada agenda tersebut juga ada salah seorang karyawan yang mengalami luka cukup serius yakni patah kaki dan luka lebam pada wajah, karenanya untuk kasus tersebut PT WKS langsung mendatangi rumah penyintas bersama tim psikolog.
"Kita harus terus hadir dan membangun solidaritas sesama karyawan," ungkapnya.
Pemulihan trauma itu dengan mendatangkan empat orang psikolog, yang di antaranya terdapat psikolog keluarga dan anak karena terdapat anak-anak yang juga terpapar kekerasan saat terjadi penyerangan.
Berdasarkan data yang dimiliki WKS, ada catatan pada hari kejadian terdapat enam orang perempuan dan enam anak yang terpapar kekerasan pada saat kejadian penyerangan pada 13 Juli 2019, mereka terdaftar dalam kegiatan itu, kata Pimpinan tim relawan taruma healing, Afifah.
"Kegiatan ini juga memberikan materi tentang psikoedukasi agar dapat melakukan deteksi dini dan pertolongan pertama dalam trauma," katanya.
Menurutnya dampak paparan kekerasan dan trauma bisa langsung terasa saat itu juga, atau bisa muncul dalam jangka bulanan, semesteran atau bahkan bertahun-tahun kemudian tergantung kemampuan masing-masing orang dalam menekan trauma. Kadang meski sudah pulih, sewaktu-waktu trauma juga bisa muncul kembali.
"Oleh karena itu mereka diedukasi agar dapat melakuan self screening trauma," katanya.
Baca juga: Aparat bongkar bangunan kelompok SMB
Tim Psikolog mencatat ada reaksi-reaksi yang tidak biasa dari anak-anak yang diterapi seperti bereaksi kasar, karena itu perlu diobservasi lebih lanjut untuk melihat dampaknya, ujar dia.
Dalam sesi sharing ada seorang ibu ditodong senjata api rakitan di pipinya dan itu disaksikan anak perempuannya. "Sampai hari ini reaksi-reaksi fisiknya masih ada seperti berkeringat dingin, berdebar, bahkan sempat menolak menghadiri sesi konseling ini, karena takut pengalaman buruk akan terbuka kembali," tambah dia.
Menurut Slamet Irianto selaku Kadep Sosial dan Sekuriti PT WKS, sebetulnya yang terpapar oleh SMB bukan hanya yang ikut trauma healing, karena lebih dari setahun seluruh karyawan Distrik IV dan Distrik VIII tidak pernah merasa aman dalam bekerja dan sering mendapat intimidasi dan kekerasan.
Selanjutnya kegiatan trauma healing akan diberikan kepada seluruh karyawan di Distrik IV maupun Distrik VIII, ujarnya. Selain itu PT WKS akan membuka posko ceria di beberapa titik desa sekitar konsesi yang terpapar dampak SMB, agar situasi dapat kembali harmonis.
Baca juga: Suku Anak Dalam Jambi diduga jadi tameng kejahatan SMB
Baca juga: Polda Jambi menyatakan SMB kelompok kriminal bersenjata
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019