Badan Bahasa dan Sastra Sabah, Malaysia, memberikan penghargaan "Sastra Kemanusiaan dan Diplomasi ASEAN" kepada Denny JA karena dinilai berjasa membuat terobosan, melahirkan, dan memopulerkan puisi esai hingga ke tingkat negara ASEAN.
Presiden Badan Bahasa dan Sastra Sabah, Malaysia, Datuk Jasni Matlani, melalui surat resmi yang ditujukan kepada Denny JA bulan Febuari 2020 menyampaikan penghargaan tersebut kepada Denny.
Menanggapi penghargaan yang diterimanya, Denny melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu, berharap penghargaan tersebut menjadi tanda bahwa di dunia sastra selalu terjadi inovasi.
"Semoga penghargaan ini ikut menjadi penanda. Bahwa tak hanya di dunia politik, bisnis dan jurnalisme, di dunia sastra pun selalu terjadi inovasi," ujar Denny.
Melalui inovasi itu, lanjut dia, puisi melampaui fungsi tradisionalnya. Bahkan, kisah hubungan dua negara di ASEAN atau dinamika batin masyarakat di negara ASEAN bisa dikisahkan melalui puisi esai yang menjadi cara baru bertutur untuk meriwayatkan kisah.
Saat ini, sudah terbit beberapa buku dalam bentuk puisi esai yang ditulis oleh penyair Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan Thailand.
"Membaca puisi esai yang mereka tulis, kita membaca batin dan kultur hubungan manusia di antara negara ASEAN," katanya.
Ia menjelaskan telah terbit pula pada tahun 2019 buku hasil lomba puisi esai tingkat ASEAN berjudul "Yang Sunyi dan Terasing", dan penulisan puisi esai bahkan sudah dilombakan di negara ASEAN di tahun yang sama.
Denny merasa senang puisi esai yang dibidaninya bisa ikut menjembatani kerja sama budaya antarpenulis negara ASEAN, dan ke depan rencananya akan mengumpulkan 10 penyair.
"Saya akan kumpulkan 10 penyair Palestina dan Israel. Mereka diharapkan mengekspresikan kisah dan mimpi hubungan dua negara itu melalui puisi esai," urainya.
Kini, Denny sedang menuntaskan 34 skenario film dari 34 provinsi tentang drama manusia dalam kearifan lokal masing-masing provinsi.
"Ini mungkin yang pertama kali terjadi, serial skenario film ini semua berdasarkan puisi. Yaitu puisi esai," kata Denny.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
Presiden Badan Bahasa dan Sastra Sabah, Malaysia, Datuk Jasni Matlani, melalui surat resmi yang ditujukan kepada Denny JA bulan Febuari 2020 menyampaikan penghargaan tersebut kepada Denny.
Menanggapi penghargaan yang diterimanya, Denny melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu, berharap penghargaan tersebut menjadi tanda bahwa di dunia sastra selalu terjadi inovasi.
"Semoga penghargaan ini ikut menjadi penanda. Bahwa tak hanya di dunia politik, bisnis dan jurnalisme, di dunia sastra pun selalu terjadi inovasi," ujar Denny.
Melalui inovasi itu, lanjut dia, puisi melampaui fungsi tradisionalnya. Bahkan, kisah hubungan dua negara di ASEAN atau dinamika batin masyarakat di negara ASEAN bisa dikisahkan melalui puisi esai yang menjadi cara baru bertutur untuk meriwayatkan kisah.
Saat ini, sudah terbit beberapa buku dalam bentuk puisi esai yang ditulis oleh penyair Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan Thailand.
"Membaca puisi esai yang mereka tulis, kita membaca batin dan kultur hubungan manusia di antara negara ASEAN," katanya.
Ia menjelaskan telah terbit pula pada tahun 2019 buku hasil lomba puisi esai tingkat ASEAN berjudul "Yang Sunyi dan Terasing", dan penulisan puisi esai bahkan sudah dilombakan di negara ASEAN di tahun yang sama.
Denny merasa senang puisi esai yang dibidaninya bisa ikut menjembatani kerja sama budaya antarpenulis negara ASEAN, dan ke depan rencananya akan mengumpulkan 10 penyair.
"Saya akan kumpulkan 10 penyair Palestina dan Israel. Mereka diharapkan mengekspresikan kisah dan mimpi hubungan dua negara itu melalui puisi esai," urainya.
Kini, Denny sedang menuntaskan 34 skenario film dari 34 provinsi tentang drama manusia dalam kearifan lokal masing-masing provinsi.
"Ini mungkin yang pertama kali terjadi, serial skenario film ini semua berdasarkan puisi. Yaitu puisi esai," kata Denny.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020