Kerajinan berbahan dasar kulit kini memang jadi primadona karena produk kerajinan ini dapat memberikan kesan 'elegan' dan mewah bagi pemakainya. Dilihat dari segi kualitas kerajinan kulit tentu lebih tahan lama dan tidak ketinggalan perkembangan zaman.

Di Jambi ada seorang istri perwira TNI yang juga anggota Persit Kartika Candra Kirana, Indah Trisna Juwita tidak membuat dirinya berpangku tangan kepada sang suami. Istri dari Kapten Inf Amru yang tengah bertugas di Kodim 0415/Batanghari ini  memiliki hobi berbisnis kerajinan kulit buaya asli Papua dimana bisnisnya kini semakin digandrungi oleh pencita tas kulit buaya.

Bisnis ini berawal saat sang suami mendapat tugas kerja di Papua pada 2011. Disana populasi buaya sangat banyak hingga masyarakat setempat memburu buaya untuk dikonsumsi dan kulitnya mereka jadikan sebagai kerajinan,  Dia beserta suaminya melihat itu sebagai peluang usaha mengingat di Provinsi Jambi belum ada yang menjual kerajinan berbahan dasar kulit buaya.

“Kalau di Papua populasi buaya sangat banyak dan dianggap sebagai hama sehingga pemerintah setempat mengizinkan untuk dijadikan kerajinan,” kata Indah Trisna Juwita saat ditemui di galeri miliknya.

Dengan mengusung trend 'kulit crocodile skin' galeri Candi Kulit Buaya yang berada di Jl Multatuli, Lorong Riau No. 113, Mayang Mangurai, Kota Baru itu menjual perlengkapan fashion seperti tas dada, jinjing, golf, sepatu, sandal, dompet, ikat pinggang, gantungan kunci hingga sarung handphone.

“Nama Candi Kulit diambil dari nama kampung halaman saya di Muaro Bungo yaitu Desa Candi, sehingga menjadi Candi Kulit,” jelas Kapten Inf Amru.

Semua produksi kerajinan dikerjakan di Papua, setelah selesai di produksi barang baru dikirim ke Jambi. Hal ini dikarenakan Ny Indah belum mendapatkan izin untuk melakukan proses produksi langsung di Jambi.

Usaha ini berada di bawah naungan koperasi bentukan pemerintah Papua serta perizinan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Papua. Barang dikirim menggunakan surat angkut dari BKSDA Papua terbukti dengan adanya stiker hologram bertuliskan ‘Genuine and Certified Crocodile Leather, Produk Binaan BKSDA Papua’  agar tidak dicekal atau tertahan di bandara udara.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah  Nomor 7 Tahun 1999 bahwa satwa itu adalah jenis yang dilindungi dan masuk Apendiks II (Convention on Internasional Trade in Endangered Species of Wild fauna and Flora) CITES species tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.

Namun SK Menteri Kehutanan Nomor 282/Kpts-II/2002 Tentang Penetapan Buaya Air Tawar dan Buaya Muara Sebagai Satwa Buru di Provinsi Papua. Berdasarkan SK tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengeluarkan rekomendasi kuota yang ditujukan ke Pemerintah terkait pemanfaatan buaya. Kemudian keluar aturan kuota pemanfaatan bagi  penangkara, pengusaha serta eksportir.

Saat ini galeri Candi Kulit Buaya telah memiliki enam karyawan di pabrik pembuatannya yang berada di Papua. Mereka adalah penjahit-penjahit professional yang di datangkan dari pulau Jawa. Proses penjahitan dilakukan menggunakan mesin jahit manual namun hasilnya tetap rapi dan bagus.

Untuk harga jual kerajinan nya pun bermacam macam namun masih dibawah standar  untuk kelas kulit karena di produksi sendiri, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung volume penggunaan kulit buaya, bentuk serta kerumitan dalam proses pembuatan. Konsumen juga bisa memesan sesuai dengan bentuk serta model  yang di inginkan.

“Harga untuk tas golf berkisar antara Rp15 juta hingga Rp25 juta, untuk berbagai jenis dompet dan ikat pinggang dijual dari harga Rp200 ribu hingga jutaan,” Indah Trisna Juwita.

Awalnya Ny Indah beserta sang suami kesulitan dalam memasarkan produk kemudian mereka mencari solusi untuk penjulan keluar. Kerajinan ini di pasarkan dengan menawarkan produk kepada teman dan relasi dekat sang suami ,untuk semakin dikenal banyak orang  ia juga kerap mengikuti pameran dan bazar, tidak hanya itu ia juga memanfaatkan sosial media sebagai ladang promosi kerajinannya.

Pada 2018 Ibu dari tiga orang anak ini bergabung dalam organisasi kemasyarakatan Ikatan Pengusaha Muslim Indonesia (IPEMI)  dan dia berhasil meraih juara harapan III dalam pemilihan duta muslim preneur Indonesia mewakili Provinsi Jambi.   

Selain itu pada 2019 ibu rumah tangga sekaligus istri perwira TNI itu juga memperoleh penghargaan dan bantuan dari Kementrian Pemuda Dan Olahraga (Kemenpora) sebagai Teknoprener Muda Pemula terbaik dari usaha kerajinan berbahan dasar kulit buaya.

Kendala yang dihadapi Indah saat ini mengenai bahan baku semakin mahal kemudian biaya pengiriman juga semakin mahal. Untuk saat ini dia tengah mengurus perizin mendirikan CV setelah berdiri dia berharap mendapat izin untuk  mengirim bahan baku yang sudah siap jahit dari Papua untuk di produksi di Jambi untuk menghemat biaya di Papua.

Sementara itu sang suami Kapten Inf Amru sangat mendukung kegiatan yang dilakukan istri tercintanya, dia berharap usaha istrinya semakin berkembang.

 

 

Pewarta: Mutia kharisma

Editor : Nanang Mairiadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020