Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) menyatakan mendukung penuh pembentukan komite pengelolaan rajungan di Jawa Timur.
"Kami sangat mendukung pembentukan komite pengelolaan rajungan di Jawa Timur, yang mana merupakan salah satu provinsi dengan potensi
rajungan yang sangat tinggi di Indonesia," kata Ketua APRI,Kuncoro Nugroho di Surabaya pada Selasa (22/6).
Ia menjelaskan komitmen tersebut disampaikan pihaknya saat menghadiri kegiatan pertemuan antara pemangku kepentingan perikanan
rajungan Provinsi Jatim pekan pertama Juni 2021 lalu.
Kegiatan yang dilaksanakan secara daring dan luring di Surabaya itu,dihadiri unsur Dinas Kelautan dan Perikana (DKP) Jatim, APRI, DKP
Lamongan, DKP Sumenep, DKP Pamekasan, DKP Pasuruan, DKP Surabaya, BKIPM Surabaya II, Marine Stewardship Council (MSC) Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Trunojoyo, Universitas Airlangga (Unair), PT SMB, PT Rex Canning, serta MP Jumiang Indah.
Lanjutnya, Jatim merupakan salah daerah penghasil rajungan terbesar untuk pasar global berdasarkan data terbaru (BKIPM, 2020). Oleh karena itu pentingnya pengelolaan perikanan di Jatim secara berkelanjutan dan ramah lingkungan, nantinya dapat diimplementasi ke daerah-daerah lain.
Kuncoro Nugroho menyampaikan ucapan terima kasih atas diberikannya kesempatan berdiskusi dalam rangka melalukan pengelolaan secara terintegrasi pada komoditas rajungan di Provinsi Jatim itu.
Selama ini, kata dia, APRI melalui program perbaikan perikanan (Fisheries Improvement Project/FIP)-nya, berlandaskan pada tiga
prinsip utama, yaitu keberlanjutan stok, dampak lingkungan, serta tata kelola.
"Tata kelola adalah sebagai payung bagi pemangku kepentingan dalam melakukan pengelolaan yang berkelanjutan," katanya.
APRI juga berterima kasih kepada Kepala DKP Provinsi Jatim, Mohammad Gunawan Saleh beserta staf yang telah memberikan wadah pertemuan pemangku kepentingan perikanan rajungan di Jatim, yang nantinya dapat sebagai bentuk harmonisasi kerja sama.
Pada kegiatan itu, pemaparan program kerja DKP Jatim diwakilkan kepada Kasi Pengelolaan Sumberdaya Ikan, Jadmika Sufiadi dan
dilanjutkan dengan pemaparan program APRI yang tercantum dalam FIP dalam 12 rencana aksi APRI, kemudian dilanjutkan dengan Gede
Raka Wiadnya dari Universitas Brawijaya.
Simpulan dari ketiga narasumber itu bermuara pada pentingnya saling bersinegi pemangku kepentingan terkait, sehingga diharapkan mampu bekerja sama dalam pengelolaan perikanan rajungan berkelanjutan.
Sedangkan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Jatim, Miftahul Arifin menyatakan pihaknya sangat terbuka dan mengapresiasi dengan adanya pertemuan ini.
Ia mengharapkan mampu berkerja sama dan berkolaborasi untuk perikanan rajungan yang berkelanjutan di Jatim.
Pakar kelautan dan perikanan IPB University, Hawis Madduppa dalam kegiatan itu menekankan bahwa pengelolaan perikanan rajungan sangatlah penting.
"Jadi, peran dari instansi pemerintahan serta pihak akademisi dan pelaku usaha maupun nelayan rajungan dalam upayan perikanan rajungan yang berkelanjutan membutuhkan kerja sama," kata Associate Professor
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIP IPB University itu.
Menurut Hawis Maddupa, yang juga Direktur Eksektif APRI, pihaknya memiliki kepedulian terhadap perikanan rajungan, terutama di Madura yang nantinya akan mendapat sertifikasi MSC "full assesment" sebagai
indikator pengelolaan rajungan yang berkelanjutan. Ia menambahkan program perbaikan perikanan rajungan Indonesia yang berkelanjutan itu adalah dalam upaya mendapatkan sertifikat ekolabel
Marine Stewardship Council(MSC).
APRI sendiri telah melakukan pendataan dari tahun 2014 hingga sekarang dan juga berusaha keras untuk meningkatkan nilai dari 28
indikator, baik dari pengkajian stok, meminimalkan dampak lingkungan, efektifitas pengelolaan.
Dalam efektifitas pengelolaan inilah yang menjadi luaran atau hasil untuk membentuk komite pengelolaan rajungan yang nantinya dapat bersinergis dan berkolaborasi secara maksimal dengan tujuan memajukan perikanan rajungan, khususnya di Jawa Timur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021