Pemerintah Indonesia mengajak negara-negara yang tergabung dalam Group of Twenty (G20) untuk mencapai kesepakatan global dengan mempercepat program transisi energi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Indonesia hari ini resmi meluncurkan Transisi Energi G20 untuk menjembatani dan mendorong negara maju serta negara berkembang mempercepat peralihan energi fosil ke energi bersih, sekaligus memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan.

"Forum transisi energi diharapkan akan menghasilkan hasil persidangan G20 yang lebih konkrit guna memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan, serta transisi energi yang berkeadilan dalam konteks pemulihan berkelanjutan," ujarnya dalam peluncuran Transisi Energi G20 yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Transisi Energi G20 diluncurkan sebagai bagian Presidensi G20 Indonesia yang dimulai 1 Desember 2021 hingga KTT G20 di November 2022 mendatang.

Menteri Arifin menyampaikan pilar transisi energi akan mengangkat tiga isu prioritas, yaitu akses, teknologi, dan pendanaan.

"Dengan urgensi tiga isu ini diharapkan dapat mencapai kesepakatan global dalam mengakselerasi transisi energi," ucapnya.

Melalui forum ini pula, Indonesia mampu menghimpun komitmen global yang lebih kuat dalam rangka mencapai target global pada akses energi yang ditargetkan Agenda 2030 sebagai tujuan pembangunan berkelanjutan.

"Hasil utama atau lighthouse deliverable inilah yang diharapkan oleh Presidensi Indonesia sebagai tindak lanjut aksi-aksi pasca COP26 dan Presidensi G20 sebelumnya, dalam rangka mencapai karbon netral yang telah Indonesia targetkan pada 2060, atau lebih cepat lagi dengan dukungan riil dari komunitas internasional," jelas Arifin.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menekankan aksi transisi energi harus dilakukan secara berkeadilan serta berdampak positif pada sosial-ekonomi masyarakat.

Baca juga: Kementerian ESDM sebut ada tiga bahasan utama transisi energi

"Perubahan paradigma pasti akan berdampak pada perubahan pekerjaan, skenario pembangunan, orientasi bisnis, dan lainnya. Jadi, kami ingin yang berkeadilan, yang bebannya berat harus dibantu, yang sudah siap silahkan jalan sendiri selagi membantu yang belum mampu," kata Luhut.

"Ini harus didukung penuh oleh kerja sama global yang kuat. Ini yang akan kita bangun di G20 Indonesia. Inilah yang kita maksud dengan global deal," tambahnya.

Pemerintah akan terus mendorong lahirnya industri yang lebih hijau dan mendorong kontribusi swasta maupun filantropi melakukan pendanaan inovatif sebagai bagian dari implementasi transisi energi di Indonesia.

Dukungan internasional

Komitmen Indonesia mengupayakan kesepakatan global dalam mengakselerasi percepatan transisi energi mendapat dukungan penuh dari sejumlah organisasi internasional.

Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional Fatih Birol mengatakan Indonesia punya pengaruh kuat di kawasan Asia Tenggara atas isu-isu energi global.

"Sebuah kehormatan bagi saya dan IEA untuk mendukung agenda Indonesia apalagi sebagai negara berkembang pertama yang menjadi Presidensi G20," kata Fatih.

Ia mengapresiasi secara khusus kepada Presiden Joko Widodo atas kebijakan-kebijakan mengatasi permasalahan pandemi COVID-19 dan secara spesifik memilih isu transisi energi sebagai agenda utama G20.

Sementara itu, Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang pembangunan ekonomi dan sosial di kawasan Asia Pasifik (UN ESCAP) juga menegaskan dukungan penuh terhadap Presiden G20 Indonesia dalam mengusung isu transisi energi.

"Kami akan membantu secara teknis rencana aksi terhadap implementasi energi bersih di negara berkembang yang difokuskan pada negara-negara kepulauan. Dukungan terhadap Indonesia ini akan diberikan secara maksimal," kata  Sekretaris Eksekutif ESCAP Arsmida Alisjahbana.
Baca juga: Indonesia dan isu transisi energi dalam fokus presidensi G20

Pewarta: Sugiharto Purnama

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022