Harga minyak jatuh sekitar dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran memasuki tahap akhir yang dapat membuka lebih banyak pasokan minyak mentah, tetapi kerugian dibatasi oleh ketegangan antara eksportir energi utama Rusia dan Barat atas Ukraina.
"(Pasar) minyak terkunci dalam tarik ulur antara keringanan sanksi Iran dan ketegangan Rusia-Ukraina," kata Stephen Brennock dari pialang PVM Oil.
Kedua harga acuan naik ke level tertinggi sejak September 2014 di awal pekan dan keduanya terus menghadapi kemunduran ekstrim dalam beberapa bulan mendatang, struktur pasar di mana kontrak segera lebih mahal daripada kontrak untuk tanggal selanjutnya, menunjukkan ketatnya pasokan.
Kontrak berjangka untuk Brent dan WTI hingga Agustus berada dalam apa yang disebut Robert Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho, "super-backwardation" dengan setiap bulan diperdagangkan setidaknya 1 dolar AS per barel di bawah bulan sebelumnya.
"Harganya sudah bisa berada di wilayah tiga digit jika bukan karena pembicaraan nuklir antara AS dan Iran," kata Craig Erlam, analis pasar di OANDA, mencatat "itu bisa berarti sekitar 1,3 juta barel per hari (bph) minyak mentah dengan cepat masuk kembali ke pasar."
Amerika Serikat berada di "tengah-tengah tahap paling akhir" dari pembicaraan tidak langsung dengan Iran, yang bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan 2015 yang membatasi kegiatan nuklir Teheran, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan pada Rabu (16/2/2022).
Dengan kesepakatan baru mungkin segera terjadi, Korea Selatan mengatakan pada Rabu (16/2/2022) bahwa pihaknya telah mengadakan pembicaraan tentang melanjutkan impor minyak mentah Iran dan mencairkan dana Iran. Korea Selatan sebelumnya adalah salah satu pembeli minyak terkemuka Teheran di Asia.
Namun, ketegangan atas kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina terus mendukung pasar minyak karena potensi gangguan pasokan energi. Rusia membantah berencana menyerang tetangganya.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Kamis (17/2/2022) ada setiap indikasi bahwa Rusia berencana untuk menyerang Ukraina dalam beberapa hari ke depan dan sedang mempersiapkan dalih untuk membenarkannya, setelah pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Moskow saling tembak di Ukraina timur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022