Minyak naik di sesi Asia pada Jumat pagi, di tengah spekulasi bahwa OPEC+ akan membahas pengurangan produksi pada pertemuan pada 5 September 2022.
Minyak mentah berjangka Brent naik terangkat 1,20 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 93,56 dolar AS per barel pada pukul 01.17 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak 1,16 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan pada 87,77 dolar AS per barel.
Kedua kontrak acuan turun di atas 3,0 di sesi sebelumnya ke posisi terendah dua minggu. Brent menuju penurunan mingguan hampir 8,0 persen, dan WTI berada di jalur untuk turun sekitar 6,0 persen minggu ini.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, dijadwalkan bertemu pada 5 September dengan latar belakang penurunan harga dan penurunan permintaan, bahkan ketika produsen utama Arab Saudi mengatakan pasokan tetap ketat.
Analis komoditas ANZ, Daniel Hynes mengatakan itu mungkin menjadi jembatan yang terlalu jauh bagi OPEC+ untuk setuju memangkas produksi tetapi produsen utama Arab Saudi kemungkinan akan menyoroti apa yang dilihatnya sebagai keterputusan antara harga saat ini dan fundamental pasokan yang ketat.
"Mereka pasti akan mencoba untuk membicarakan pasar sebanyak mungkin untuk lebih mencerminkan apa yang mereka lihat sebagai pasar yang ketat, yang terkena masalah sisi penawaran lebih lanjut," katanya.
OPEC+ minggu ini memangkas prospek permintaannya, sekarang memperkirakan permintaan akan tertinggal dari pasokan sebesar 400.000 barel per hari (bph) pada tahun 2022, tetapi memperkirakan defisit pasar sebesar 300.000 barel per hari dalam kasus dasarnya untuk tahun 2023.
"Karena harga Brent turun menuju 90 dolar AS per barel, kemungkinan respons pasokan dari OPEC+ pada pertemuan Senin (5/9/2022) atau Oktober meningkat," kata analis komoditas National Australia Bank, Baden Moore.
"Kami memperkirakan setiap pengurangan pasokan dari OPEC+ akan berdampak material pada harga minyak mengingat tingkat persediaan yang sangat rendah secara global, kapasitas alternatif pasokan yang terbatas, dan krisis energi yang sedang berlangsung di Eropa," kata Moore.
Dalam waktu dekat, investor khawatir tentang dampak pembatasan COVID-19 terbaru di China, di mana kota Chengdu pada Kamis (1/9/2022) adalah yang terakhir memerintahkan penguncian yang telah memukul produsen seperti Volvo.
Itu terjadi pada hari yang sama data menunjukkan aktivitas pabrik China pada Agustus berkontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga bulan di tengah melemahnya permintaan, sementara kekurangan listrik dan wabah COVID-19 mengganggu produksi.
Baca juga: Minyak anjlok tertekan penguatan dolar dan kekhawatiran permintaan
Baca juga: Harga minyak turun di Asia di tengah kekhawatiran permintaan melemah
Baca juga: Harga minyak Asia naik, terkerek permintaan bahan bakar AS menguat
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022