Houston (ANTARA) - Harga minyak anjlok lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), melanjutkan serangkaian perdagangan yang bergejolak karena negara-negara G7 mempertimbangkan batasan harga minyak Rusia di atas tingkat pasar saat ini dan persediaan bensin di Amerika Serikat meningkat lebih besar dari perkiraan para analis.
Pada awal perdagangan, kedua kontrak acuan telah naik lebih dari satu dolar AS per barel.
Persediaan bensin AS naik 3,1 juta barel, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), jauh melebihi kenaikan 383.000 barel yang diperkirakan para analis.
"Peningkatan bensin agak mengejutkan," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures. "Peningkatan pasokan bensin menunjukkan bahwa mungkin kita melihat permintaan melemah atau bensin akan meningkat menjelang liburan."
Data EIA juga menunjukkan penarikan persediaan minyak mentah sebesar 3,7 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 1,1 juta barel.
Harga terpukul lebih lanjut oleh laporan bahwa batas harga G7 pada minyak Rusia bisa berada di atas level yang diperdagangkan.
Negara-negara G7 melihat batas harga minyak lintas laut Rusia di kisaran 65-70 dolar AS per barel, menurut seorang pejabat Eropa pada Rabu (23/11/2022).
Sementara itu, minyak mentah Ural yang dikirim ke Eropa barat laut diperdagangkan sekitar 62-63 dolar AS per barel meskipun lebih tinggi di Mediterania sekitar 67-68 dolar AS per barel, data Refinitiv menunjukkan.
Karena biaya produksi diperkirakan sekitar 20 dolar AS per barel, batas tersebut masih akan menguntungkan bagi Rusia untuk menjual minyaknya dan dengan cara ini mencegah kekurangan pasokan di pasar global.
Seorang pejabat senior Departemen Keuangan AS mengatakan pada Selasa (22/11/2022) bahwa batas harga mungkin akan disesuaikan beberapa kali dalam setahun.
Berita itu menambah kekhawatiran tentang permintaan dari importir minyak mentah utama China, yang telah bergulat dengan lonjakan kasus COVID-19, dengan aturan pengetatan Shanghai pada Selasa (22/11/2022) malam.
Tekanan lebih lanjut datang dari prospek ekonomi OECD yang mengantisipasi perlambatan ekspansi ekonomi global tahun depan.
Sisi baiknya, OECD tidak membayangkan resesi global dan mungkin ini membantu harga minyak dan saham semakin menguat, kata analis Tamas Varga di PVM Oil Associates.
Harga minyak menemukan beberapa dukungan setelah risalah dari pertemuan November Federal Reserve menunjukkan sebagian besar pembuat kebijakan setuju akan segera tepat untuk memperlambat kenaikan suku bunga.