Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah seiring rilis data inflasi Amerika Serikat yang masih relatif tinggi.
Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan, laporan indeks harga konsumen AS tadi malam berada di level 8,2 persen secara (yoy) menurun tipis dibanding posisi sebelumnya.
"Nilai ini masih jauh dari target inflasi The Fed, yaitu di kisaran 2 persen. Meskipun begitu, penurunan ini menimbulkan optimisme pasar bahwa AS telah melewati puncak inflasi," ujar Revandra.
Menurut Revandra, optimisme pelaku pasar itu memberikan tekanan kepada dolar AS, tetapi di sisi lain karena nilai inflasi masih tinggi The Fed masih disebut berencana menaikkan dan menahan suku bunga tinggi hingga inflasi kembali berada di level yang diharapkan The Fed.
Indeks harga konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada September dan memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps).
Indeks harga konsumen naik 0,4 persen bulan lalu setelah naik 0,1 persen pada Agustus. Secara tahunan, indeks harga konsumen meningkat 8,2 persen setelah naik 8,3 persen pada Agustus.
Dana fed berjangka telah memperkirakan peluang 9,1 persen dari kenaikan suku bunga 100 basis poin, dan probabilitas 90,9 persen untuk kenaikan 75 basis poin pada pertemuan kebijakan bank sentral AS bulan depan.
Rully memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp15.350 per dolar AS hingga Rp15.450 per dolar AS.
Pada Kamis (13/10) lalu, rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp15.362 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.357 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022