Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tetapi penurunannya dibatasi karena para pedagang ragu-ragu untuk membuat taruhan besar menjelang pertemuan bank-bank sentral minggu depan, termasuk Federal Reserve (Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB).

Selain itu sebagian besar pasar Asia masih menjalani liburan Tahun Baru Imlek, menyebabkan sebagian besar mata uang utama bertahan pada kisaran yang ketat.

"Rentang perdagangan tetap sangat terkompresi menjelang pertemuan bank sentral minggu depan," kata Kepala Strategi Pasar Corpay, Karl Schamotta.

Pedagang secara luas memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) Rabu depan (1/2/2023), turun dari kenaikan 50 basis poin pada Desember. Sementara itu ECB telah berkomitmen untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase minggu depan.

"Dengan kondisi permintaan global bertahan, inflasi mereda, dan ekspektasi suku bunga terminal jauh di bawah puncaknya, pedagang bertaruh pada pergerakan naik atau turun di pasar memberi jalan ke lanskap yang lebih bernuansa," kata Schamotta.

Kurangnya rilis data besar AS pada Rabu (25/1/2023) berkontribusi pada kondisi perdagangan yang lesu.

Namun dengan Departemen Perdagangan AS akan merilis perkiraan awal produk domestik bruto kuartal keempat pada Kamis, ada potensi pergerakan pasar meningkat akhir pekan ini, kata Schamotta.

"Kejutan mungkin terjadi dalam produk domestik bruto dan angka konsumsi pribadi yang akan dirilis besok dan lusa. Jika era pasca-pandemi telah mengajarkan kita sesuatu, bullwhip effects dapat memiliki konsekuensi yang sangat tidak terduga bagi ekonomi riil," katanya.

Euro 0,23 persen lebih tinggi pada 1,0913 dolar tidak jauh dari tertinggi sembilan bulan di 1,0927 dolar yang disentuh pada Senin (23/1/2023).

Data pada Selasa (24/1/2023) menunjukkan aktivitas bisnis zona euro secara mengejutkan kembali ke pertumbuhan moderat pada Januari. Ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh ECB juga telah mendukung euro.

Sentimen bisnis Jerman meningkat pada Januari, menurut data survei Ifo Institute yang dirilis Rabu (25/1/2023), karena inflasi mereda dan prospek cerah.

Sebaliknya aktivitas bisnis AS mengalami kontraksi selama tujuh bulan berturut-turut di Januari, data menunjukkan pada Selasa (24/1/2023), meskipun penurunan tersebut moderat di seluruh manufaktur dan jasa untuk pertama kalinya sejak September.

Dolar turun 0,42 persen terhadap yen pada 129,615 yen per dolar, setelah mencapai level terendah delapan bulan di 127,215 pada 16 Januari.

Di tempat lain dolar Australia melonjak ke level tertinggi lebih dari lima bulan pada Rabu (25/1/2023) setelah data inflasi datang lebih panas dari yang diharapkan, memperkuat kasus kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral Australia (RBA).

Dolar Australia terakhir naik 0,76 persen menjadi 0,7099 dolar AS.

Sementara itu, dolar Selandia Baru turun 0,44 persen menjadi 0,6479 dolar AS, setelah inflasi tahunannya 7,2 persen pada kuartal keempat berada di bawah perkiraan bank sentral sebesar 7,5 persen.

Sterling menguat 0,47 persen terhadap dolar dalam sesi berombak setelah data menunjukkan produsen Inggris secara tak terduga menurunkan harga mereka pada Desember, yang menunjukkan inflasi mungkin berkurang, menjelang pertemuan kebijakan bank sentral Inggris (BoE) minggu depan.

Dolar naik 0,18 persen terhadap mitra Kanada setelah bank sentral Kanada (BoC) pada Rabu (25/1/2023) menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,5 persen, level tertinggi dalam 15 tahun, dan mengatakan kemungkinan akan berhenti sejenak untuk mengukur efek kumulatif dari kenaikan sebelumnya.

Sementara itu bitcoin sedikit berubah pada hari itu di 22.757 dolar AS, terus melemah setelah melonjak sekitar sepertiga nilainya sejak awal Januari, menyusul penurunan tajam setelah runtuhnya bursa kripto terkemuka FTX.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023