Senda gurau anak-anak terdengar saat mereka bermain bersama menikmati sore di halaman rumah produksi kelompok UMKM Dapoer 29 yang terletak di Kelurahan Eka Jaya, Kota Jambi.
Rumah produksi olahan ikan lele yang berukuran 5x10 meter persegi itu tampak sepi. Tidak terlihat aktivitas anggota kelompok di dalamnya, karena sedang libur produksi.
Dari luar kaca, terlihat beberapa produk makanan berbahan dasar lele yang dipajang di etalase.
Namun ada pemandangan berbeda ketika datang ke rumah produksi ini. Sekarang sudah terdapat solar panel yang terpasang di atas atap bangunan rumah produksi Dapoer 29 di RT 29, Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi.
Ketua Rumah Produksi Olahan Lele Dapoer 29 Samiyo Edi Karso menyambut kedatangan ANTARA sore itu dengan senyum ramah. Ia langsung mempersilahkan untuk memotret solar panel yang kira-kira berukuran 4X2 meter tersebut.
"Silahkan kalau mau foto solar panelnya dulu," katanya mempersilahkan.
Setelah memotret panel surya dan dipersilahkan masuk, Edi langsung menceritakan tepatnya hampir satu tahun lalu kelompoknya merasakan manfaat penggunaan panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah produksi.
Tagihan listrik yang besar hingga mencapai setengah juta setiap bulannya membuat kelompok UMKM ini berpikir untuk mencari solusi.
Mereka pun mendapatkan solusi untuk mengatasi tingginya biaya listrik itu melalui program CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel unit Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Sultan Thaha yang membantu infrastruktur panel surya.
Fasilitas kepada rumah produksi itu merupakan kelanjutan dari program CSR bagi kelompok pembudidaya ikan lele yang sudah digulirkan Pertamina di Jambi sejak awal 2020.
Fasilitas kepada rumah produksi itu merupakan kelanjutan dari program CSR bagi kelompok pembudidaya ikan lele yang sudah digulirkan Pertamina di Jambi sejak awal 2020.
Dia mengakui sejak solar panel terpasang untuk menyuplai listrik di rumah produksi ini beban biaya listrik mulai berkurang. Keseluruhan produksi makanan olahan yang mereka buat pun mulai menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.
Tingkatkan pendapatan
Sesuai tujuan utamanya, panel surya diperuntukkan untuk menurunkan beban biaya produksi terutama biaya listrik tinggi yang dirasakan beban. Keluh kesah kepada perusahaan akhirnya membawa angin segar bagi kelompok yang beranggotakan 25 orang ini.
Sejak awal Oktober 2022 penggunaan panel surya efektif digunakan, dengan seluruh kegiatan produksi olahan ikan lele menggunakan panel surya sebagai tenaga listrik. Pemanfaatan panel surya dengan kapasitas 2,2 kWp dan kapasitas lithium baterai 2,4 kWh dapat menyuplai listrik di rumah produksi.
Kini seluruh aktivitas produksi tersebut sudah menggunakan panel surya. Hingga sejak bulan pertama pemanfaatan panel surya ini, kelompok usaha ini sudah merasakan penurunan biaya produksi.
Sebelumnya, biaya listrik mencapai Rp500 ribu per bulan untuk enam hingga sepuluh kali produksi untuk setidaknya enam produk olahan lele diantaranya stik lele, keripik lele, sale lele yang diproduksi oleh 10 ibu-ibu anggota kelompok.
"Biaya listrik kami semula Rp450 ribu sampai Rp500 ribu per bulan," kata dia.
Sementara itu, saat ini kelompok UMKM ini cukup mengeluarkan biaya sebesar Rp100 ribu per bulan dengan kapasitas produksi yang sama. Itu artinya, kelompok UMKM ini bisa menghemat hingga 80 persen dari total biaya listrik tersebut.
"Besar sekali pengurangan biayanya, untuk kebutuhan produksi kami gunakan listriknya dengan panel surya, sekarang biaya listrik itu bisa kami gunakan sebagai tambahan pendapatan," kata dia.
Selama ini, beban biaya listrik mencakup seluruh peralatan produksi menggunakan listrik mulai dari blender, alat press dan peralatan produksi lain yang menggunakan aliran listrik kini sudah tersuplai dengan baik oleh panel surya.
Selain untuk produksi olahan makanan dari ikan lele, kelompok UMKM ini juga telah memanfaatkan penggunaan listrik yang berasal dari panel surya untuk kebutuhan kolam biofloc untuk budidaya ikan.
Jika produksi makanan olahan ikan lele bagian dari bisnis hilir, UMKM ini juga memproduksi dari sisi hulu. Yang mana terdapat 12 kolam ikan lele yang juga menggunakan teknologi panel surya.
Pada kolam ikan tersebut, panel surya menyuplai listriknya untuk blower kolam ikan. Selain itu, juga terdapat unit usaha aquaponik yang juga menggunakan panel surya untuk sirkulasi air pada tanaman.
Dahulunya untuk memenuhi kebutuhan listrik pada kolam ikan dan aquaponik ini mereka perlu mengeluarkan biaya listrik sebesar Rp150 ribu per bulan. Namun, saat ini biaya listrik untuk sirkulasi air kolam sudah nol rupiah karena telah tercukupi dengan penggunaan panel surya.
Tentunya, biaya listrik yang dahulu digunakan bisa untuk menambah pendapatan kelompok dari bisnis budidaya ikan lele, meskipun ikan lele tersebut digunakan untuk produksi makanan olahan dan hanya di waktu tertentu dijual ke pasaran.
Selain menyuplai listrik untuk rumah produksi, kolam ikan dan aquaponik, panel surya juga digunakan untuk sumur bor. Air sumur bor digunakan untuk mengisi air di kolam biofloc.
Biasanya, sebelum menggunakan panel surya untuk satu kali pengisian air di kolam bisa memakan biaya Rp50 ribu untuk sekali pengisian token listrik. Saat ini, para anggota budidaya ikan lele tidak mengeluarkan biaya listrik untuk pengisian air pada kolam biofloc.
Rencananya, kelompok UMKM ini akan menggunakan panel surya pada unit usaha terbarunya yakni kolam pemancingan. Namun hal itu masih butuh persiapan seperti kepastian kapasitas daya panel surya yang cukup untuk menyuplai listrik di kolam pemancingan.
Bukan saja kenaikan pendapatan, Dapoer 29 juga membawa kawasan tersebut menerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai lokasi yang aktif melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara terintegrasi sehingga memberikan kontribusi terhadap pengendalian perubahan iklim.
Transisi energi UMKM
Sementara itu, pemerintah daerah ikut menyadari pentingnya peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Provinsi Jambi dengan bauran EBT bisa mencapai 24 persen pada 2025.
Kabid Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi S Pandu Hartadinata menegaskan bahwa pemerintah daerah mendorong implementasi EBT pada semua sektor termasuk pada sektor rumah produktif atau UMKM.
Selain keterlibatan daerah, ia mengharapkan pihak swasta juga dapat mendukung peningkatan bauran EBT tersebut.
Saat ini, pemerintah daerah juga sudah berencana menjalankan program Boenda yaitu bantuan terintegrasi untuk dapur dan penerangan rumah tangga yang diperuntukkan untuk rumah tangga miskin. Program pemasangan panel surya ini diharapkan dapat membantu pengentasan kemiskinan.
Ke depannya, menurut dia, program serupa bisa saja diperuntukkan bagi pelaku rumah produktif seperti UMKM, karena sudah saatnya masyarakat berubah dalam memproduksi produk olahan menggunakan energi ramah lingkungan.
Program Officer Sustainable Energy Access Institute for Essential Services Reform (IESR) lcmi A Safitri menambahkan terdapat banyak cara untuk mendorong pemanfaatan energi surya, beberapa diantaranya melalui edukasi dan kampanye kesadaran pelaku usaha tentang manfaat dan potensi panel surya dalam mengurangi biaya operasional dan dampak positif pada lingkungan. Kesadaran yang efektif akan membantu meyakinkan pelaku usaha akan nilai jangka panjang dari investasi ini.
IESR menilai pemerintah dapat memberikan insentif dan subsidi untuk mendorong pelaku usaha untuk mengadopsi teknologi panel surya. Hal ini bisa berupa pembebasan pajak, bantuan finansial, atau program bantuan lainnya untuk membantu mengurangi biaya awal investasi.
Selain itu, menurut dia, pemerintah harus membuat kebijakan yang mendukung penggunaan energi surya, misalnya mengizinkan pelaku usaha untuk mentransfer surplus energi surya mereka ke jaringan listrik dengan harga yang ideal.
Selanjutnya perlu ketersediaan ragam pembiayaan memudahkan akses pembiayaan untuk investasi panel surya bagi pelaku usaha akan membantu mengatasi hambatan biaya awal yang seringkali menjadi penghalang utama dalam pengadopsian teknologi ini.
Para pelaku usaha juga dituntut untuk melaporkan kinerja lingkungan mereka, termasuk kontribusi dari penggunaan panel surya, dapat memicu kompetisi positif dan tanggung jawab sosial perusahaan, kata dia.
Melalui energi baru terbarukan (EBT), Pertamina menyokong kebutuhan kelompok UMKM itu dengan mengusung konsep kemandirian masyarakat melalui pemanfaatan energi.
Program ini menjadi bagian dari Desa Energi Berdikari yang digelorakan Pertamina dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi yang bersih, terjangkau dan menggerakkan perekonomian yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan melalui panel surya.
Area Manager Communication, Relation, & CSR Pertamina Regional Sumbagsel Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan bantuan panel surya pada rumah produksi ini dapat membantu penghematan penggunaan listrik sehingga dapat meningkatkan ekonomi UMKM olahan lele dan kemandirian bagi kelompok.
Pemanfaatan panel surya dengan kapasitas 2,2 kWp dan kapasitas lithium baterai 2,4 kWh dapat mensuplai listrik di rumah produksi binaan Pertamina ini.
Dari listrik yang dihasilkan panel surya itulah produksi lele mulai dari hulu hingga hilir, dari budidaya hingga lele dapat diolah.
Program ini merupakan bagian dari komitmen ESG Pertamina sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG's), khususnya poin tujuh yaitu energi bersih dan terjangkau, serta point 13 penanganan perubahan iklim, kata Nikho.
"Melalui program ini kami dapat membantu UMKM menekan. biaya produksi serta memproduksi produk menggunakan energi ramah lingkungan," kata dia.
Penggunaan panel surya membuktikan mampu memangkas drastis biaya produksi. Lebih menggembirakan kini telah merambah kalangan UMKM yang diharapkan selalu menjadi motor penggerak ekonomi di daerah. Ke depan, diharapkan aksi nyata ramah biaya dan lingkungan ini bisa lebih dimasifkan oleh pemangku kepentingan.
Melalui energi baru terbarukan (EBT), Pertamina menyokong kebutuhan kelompok UMKM itu dengan mengusung konsep kemandirian masyarakat melalui pemanfaatan energi.
Program ini menjadi bagian dari Desa Energi Berdikari yang digelorakan Pertamina dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi yang bersih, terjangkau dan menggerakkan perekonomian yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan melalui panel surya.
Area Manager Communication, Relation, & CSR Pertamina Regional Sumbagsel Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan bantuan panel surya pada rumah produksi ini dapat membantu penghematan penggunaan listrik sehingga dapat meningkatkan ekonomi UMKM olahan lele dan kemandirian bagi kelompok.
Pemanfaatan panel surya dengan kapasitas 2,2 kWp dan kapasitas lithium baterai 2,4 kWh dapat mensuplai listrik di rumah produksi binaan Pertamina ini.
Dari listrik yang dihasilkan panel surya itulah produksi lele mulai dari hulu hingga hilir, dari budidaya hingga lele dapat diolah.
Program ini merupakan bagian dari komitmen ESG Pertamina sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG's), khususnya poin tujuh yaitu energi bersih dan terjangkau, serta point 13 penanganan perubahan iklim, kata Nikho.
"Melalui program ini kami dapat membantu UMKM menekan. biaya produksi serta memproduksi produk menggunakan energi ramah lingkungan," kata dia.
Penggunaan panel surya membuktikan mampu memangkas drastis biaya produksi. Lebih menggembirakan kini telah merambah kalangan UMKM yang diharapkan selalu menjadi motor penggerak ekonomi di daerah. Ke depan, diharapkan aksi nyata ramah biaya dan lingkungan ini bisa lebih dimasifkan oleh pemangku kepentingan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023