Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menunjuk Satoru Mochizuki sebagai pelatih tim nasional putri Indonesia.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan Satoru Mochizuki dikontrak selama dua tahun untuk menangani timnas putri Indonesia.
"Pelatih Satoru yang dipilih untuk menangani timnas putri ini, punya catatan kepelatihan yang bagus dan mumpuni untuk memajukan sepak bola putri di tanah air," kata Erick dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
"Saya pilih Jepang karena tradisi sepakbola putri Jepang sangat kuat. Juara dunia sekali, dan sembilan kali lolos terus ke putaran final Piala Dunia putri sejak 1991," sambung Erick.
Dia menyatakan kehadiran Mochizuki menjadi bagian dari kerja sama PSSI dengan Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) yang diresmikan Mei 2023.
Mochizuki adalah mantan pemain Urawa Red Diamonds dan Kyoto Sanga, serta bagian dari skuad Timnas Jepang pada Kualifikasi Piala Dunia 1990.
Usai pensiun, Mochizuki langsung melatih Kyoto Sanga pada 1998 dan Vissel Kobe pada 2000, sebelum beralih melatih timnas putri Jepang sejak 2008.
Tangan dingin Mochizuki telah membawa Jepang menjadi juara Piala Dunia Putri 2011 di Jerman dan medali perak Olimpiade London 2012.
"Penunjukan ini agar sepakbola putri kita juga bangkit, dan membuktikan bahwa kami di PSSI tidak hanya fokus di putra saja," tandas Erick.
"Mengapa langsung timnas? Karena saat ini, timnas putri kita punya pemain-pemain yang secara kualitas baik, dengan ada beberapa main di liga luar negeri. Jadi momentumnya lagi bagus dan harus kita manfaatkan," kata Erick, lagi.
Sejumlah pemain timnas putri Indonesia tengah meniti karier di luar negeri, antara lain Helsya Maeisyaroh, Sheva Imut, dan Shafira Ika yang memperkuat klub divisi empat Jepang, FC Ryukyu Ladies. Kemudian, Fani Supriyanto yang membela klub divisi satu Liga Putri Arab Saudi, Al Hammah.
Mochizuki juga ditugaskan membagi ilmu kepelatihan kepada para pelatih Indonesia sehingga ilmu sepakbola Jepang bisa diterapkan di tanah air.
Bagi Erick, kedatangan Mochizuki menjadi langkah awal dalam mengembangkan potensi sepakbola putri Merah Putih.
Timnas putri Indonesia ke Piala Asia Putri 2022, namun Safira Ika Puteri dan kawan-kawan gagal ke fase gugur.
Sementara itu, Timnas putri U-19 terakhir menjadi semifinalis AFF 2023. Indonesia akan menjadi tuan rumah AFC U17 Women Asia Cup, Mei nanti.
Erick juga menyatakan tidak melupakan sisi pembinaan dan untuk mendukung liga sebagai kunci pembinaan, PSSI tengah menyusun cetak biru kompetisi putri dari usia muda, sebelum menggulirkan Liga 1.
"Intinya, perlu waktu. Salah satunya, akhir bulan ini akan digelar turnamen putri usia muda U10 dan U14. Ini awal karena harus dimulai dari usia 9, 12, 14, yang menandakan pembinaan dari bawah," ujar Erick.
"Jadi kita bangun dari pembinaan akar rumput. Lalu dibuat zona-zona yang diikuti klub, sehingga baru bisa dijadikan liga. Turnamen-turnamen muda ini bisa menyalurkan kompetisi dan menampung bakat sepakbola wanita kita," tambah Erick.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan Satoru Mochizuki dikontrak selama dua tahun untuk menangani timnas putri Indonesia.
"Pelatih Satoru yang dipilih untuk menangani timnas putri ini, punya catatan kepelatihan yang bagus dan mumpuni untuk memajukan sepak bola putri di tanah air," kata Erick dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
"Saya pilih Jepang karena tradisi sepakbola putri Jepang sangat kuat. Juara dunia sekali, dan sembilan kali lolos terus ke putaran final Piala Dunia putri sejak 1991," sambung Erick.
Dia menyatakan kehadiran Mochizuki menjadi bagian dari kerja sama PSSI dengan Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) yang diresmikan Mei 2023.
Mochizuki adalah mantan pemain Urawa Red Diamonds dan Kyoto Sanga, serta bagian dari skuad Timnas Jepang pada Kualifikasi Piala Dunia 1990.
Usai pensiun, Mochizuki langsung melatih Kyoto Sanga pada 1998 dan Vissel Kobe pada 2000, sebelum beralih melatih timnas putri Jepang sejak 2008.
Tangan dingin Mochizuki telah membawa Jepang menjadi juara Piala Dunia Putri 2011 di Jerman dan medali perak Olimpiade London 2012.
"Penunjukan ini agar sepakbola putri kita juga bangkit, dan membuktikan bahwa kami di PSSI tidak hanya fokus di putra saja," tandas Erick.
"Mengapa langsung timnas? Karena saat ini, timnas putri kita punya pemain-pemain yang secara kualitas baik, dengan ada beberapa main di liga luar negeri. Jadi momentumnya lagi bagus dan harus kita manfaatkan," kata Erick, lagi.
Sejumlah pemain timnas putri Indonesia tengah meniti karier di luar negeri, antara lain Helsya Maeisyaroh, Sheva Imut, dan Shafira Ika yang memperkuat klub divisi empat Jepang, FC Ryukyu Ladies. Kemudian, Fani Supriyanto yang membela klub divisi satu Liga Putri Arab Saudi, Al Hammah.
Mochizuki juga ditugaskan membagi ilmu kepelatihan kepada para pelatih Indonesia sehingga ilmu sepakbola Jepang bisa diterapkan di tanah air.
Bagi Erick, kedatangan Mochizuki menjadi langkah awal dalam mengembangkan potensi sepakbola putri Merah Putih.
Timnas putri Indonesia ke Piala Asia Putri 2022, namun Safira Ika Puteri dan kawan-kawan gagal ke fase gugur.
Sementara itu, Timnas putri U-19 terakhir menjadi semifinalis AFF 2023. Indonesia akan menjadi tuan rumah AFC U17 Women Asia Cup, Mei nanti.
Erick juga menyatakan tidak melupakan sisi pembinaan dan untuk mendukung liga sebagai kunci pembinaan, PSSI tengah menyusun cetak biru kompetisi putri dari usia muda, sebelum menggulirkan Liga 1.
"Intinya, perlu waktu. Salah satunya, akhir bulan ini akan digelar turnamen putri usia muda U10 dan U14. Ini awal karena harus dimulai dari usia 9, 12, 14, yang menandakan pembinaan dari bawah," ujar Erick.
"Jadi kita bangun dari pembinaan akar rumput. Lalu dibuat zona-zona yang diikuti klub, sehingga baru bisa dijadikan liga. Turnamen-turnamen muda ini bisa menyalurkan kompetisi dan menampung bakat sepakbola wanita kita," tambah Erick.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024