Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata saat bulan suci Ramadan di Sudan.
"Saya menyerukan kepada semua pihak di Sudan untuk menghormati nilai-nilai Ramadan dengan menghormati gencatan senjata saat Ramadan. Gencatan senjata ini harus mengarah pada peletakan senjata definitif di seluruh negara itu, dan menetapkan jalan yang tegas untuk perdamaian yang langgeng bagi rakyat Sudan," ujarnya kepada Dewan Keamanan (DK) PBB, Kamis (7/3).
Nilai-nilai Ramadan, dia menegaskan, harus dijunjung tinggi.
Bulan depan akan menandai satu tahun sejak pecahnya pertempuran brutal antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF). Konflik tersebut telah membawa dampak yang sangat buruk bagi rakyat Sudan dan mengancam persatuan negara itu.
"Terdapat risiko serius bahwa konflik tersebut dapat memicu ketidakstabilan regional dengan proporsi yang dramatis, dari Sahel hingga Tanduk Afrika dan Laut Merah," ujarnya memperingatkan.
Menurut Guterres, sekarang ini saatnya meletakkan senjata setelah krisis kemanusiaan di Sudan mencapai skala yang sangat besar. Separuh populasi, sekitar 25 juta orang, membutuhkan bantuan yang menyelamatkan jiwa. Lebih dari 14.000 orang tewas, meskipun angka tersebut kemungkinan jauh lebih tinggi.
Sudan kini menjadi tempat terjadinya krisis pengungsian internal terbesar di dunia, dengan 6,3 juta orang mencari tempat yang aman di dalam negara tersebut sejak konflik pecah. Sebanyak 1,7 juta orang lainnya telah mengungsi ke negara-negara tetangga.
Konflik telah menghancurkan infrastruktur sipil dan membuat layanan dasar terhenti. Lebih dari 70 persen fasilitas kesehatan di area-area yang terdampak konflik tidak berfungsi. Jutaan anak putus sekolah. Sistem air dan sanitasi rusak. Penyakit bertambah banyak. Kelaparan mengintai Sudan. Sekitar 18 juta orang mengalami kerawanan pangan akut, jumlah tertinggi yang pernah tercatat selama musim panen, imbuhnya.
"Gencatan senjata saat Ramadan dapat membantu menghentikan penderitaan dan membuka jalan bagi perdamaian yang berkelanjutan. Mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk mendukung rakyat Sudan dalam mewujudkan cita-cita mereka yang sah akan masa depan yang damai dan aman," papar Guterres.
Dia menyambut baik berbagai upaya regional dan internasional untuk menyelesaikan konflik di Sudan, termasuk melalui upaya-upaya Otoritas Pembangunan Antarpemerintah (Intergovernmental Authority on Development/IGAD).
"PBB siap mengintensifkan keterlibatan dengan mitra-mitra multilateral kami, termasuk Uni Afrika, IGAD, Liga Negara-negara Arab, dan negara-negara anggota utama, untuk mengambil tindakan segera mewujudkan gencatan senjata yang berlangsung lama serta mediasi internasional yang inklusif, koheren, saling melengkapi, dan efektif. Upaya-upaya ini harus melibatkan negara-negara regional yang memiliki pengaruh nyata terhadap pihak-pihak yang bertikai untuk mengakhiri pertempuran," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
"Saya menyerukan kepada semua pihak di Sudan untuk menghormati nilai-nilai Ramadan dengan menghormati gencatan senjata saat Ramadan. Gencatan senjata ini harus mengarah pada peletakan senjata definitif di seluruh negara itu, dan menetapkan jalan yang tegas untuk perdamaian yang langgeng bagi rakyat Sudan," ujarnya kepada Dewan Keamanan (DK) PBB, Kamis (7/3).
Nilai-nilai Ramadan, dia menegaskan, harus dijunjung tinggi.
Bulan depan akan menandai satu tahun sejak pecahnya pertempuran brutal antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF). Konflik tersebut telah membawa dampak yang sangat buruk bagi rakyat Sudan dan mengancam persatuan negara itu.
"Terdapat risiko serius bahwa konflik tersebut dapat memicu ketidakstabilan regional dengan proporsi yang dramatis, dari Sahel hingga Tanduk Afrika dan Laut Merah," ujarnya memperingatkan.
Menurut Guterres, sekarang ini saatnya meletakkan senjata setelah krisis kemanusiaan di Sudan mencapai skala yang sangat besar. Separuh populasi, sekitar 25 juta orang, membutuhkan bantuan yang menyelamatkan jiwa. Lebih dari 14.000 orang tewas, meskipun angka tersebut kemungkinan jauh lebih tinggi.
Sudan kini menjadi tempat terjadinya krisis pengungsian internal terbesar di dunia, dengan 6,3 juta orang mencari tempat yang aman di dalam negara tersebut sejak konflik pecah. Sebanyak 1,7 juta orang lainnya telah mengungsi ke negara-negara tetangga.
Konflik telah menghancurkan infrastruktur sipil dan membuat layanan dasar terhenti. Lebih dari 70 persen fasilitas kesehatan di area-area yang terdampak konflik tidak berfungsi. Jutaan anak putus sekolah. Sistem air dan sanitasi rusak. Penyakit bertambah banyak. Kelaparan mengintai Sudan. Sekitar 18 juta orang mengalami kerawanan pangan akut, jumlah tertinggi yang pernah tercatat selama musim panen, imbuhnya.
"Gencatan senjata saat Ramadan dapat membantu menghentikan penderitaan dan membuka jalan bagi perdamaian yang berkelanjutan. Mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk mendukung rakyat Sudan dalam mewujudkan cita-cita mereka yang sah akan masa depan yang damai dan aman," papar Guterres.
Dia menyambut baik berbagai upaya regional dan internasional untuk menyelesaikan konflik di Sudan, termasuk melalui upaya-upaya Otoritas Pembangunan Antarpemerintah (Intergovernmental Authority on Development/IGAD).
"PBB siap mengintensifkan keterlibatan dengan mitra-mitra multilateral kami, termasuk Uni Afrika, IGAD, Liga Negara-negara Arab, dan negara-negara anggota utama, untuk mengambil tindakan segera mewujudkan gencatan senjata yang berlangsung lama serta mediasi internasional yang inklusif, koheren, saling melengkapi, dan efektif. Upaya-upaya ini harus melibatkan negara-negara regional yang memiliki pengaruh nyata terhadap pihak-pihak yang bertikai untuk mengakhiri pertempuran," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024