Komisi Eropa berharap pasokan pertama bantuan kemanusiaan dari Siprus ke Jalur Gaza melalui koridor maritim akan dilakukan "secepat mungkin" meski ada penundaan saat ini, kata juru bicara Eric Mamer, Senin.
Kamis lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa militer AS akan membangun pelabuhan sementara untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Pentagon kemudian menjelaskan bahwa di bawah proyek tersebut, bantuan pertama-tama akan dipasok ke dermaga terapung dan kemudian dikirim ke pantai dengan kapal-kapal kecil.
Pada Jumat, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Uni Eropa, AS, dan Uni Emirat Arab akan bersama-sama meluncurkan koridor maritim ke Gaza dari Siprus.
Koridor tersebut seharusnya mulai beroperasi pada Minggu, akan tetapi peluncurannya ditunda.
"Waktu untuk koridor maritim bukan enam minggu. Jangka waktunya adalah sekarang," kata Mamer terkait misi pengiriman bantuan tersebut.
"Kami berharap kapal pertama benar-benar dapat tiba di Gaza secepat mungkin. Situasinya sangat berubah-ubah dan kami perlu memastikan semua kondisinya tepat sehingga kapal-kapal dapat berlayar dan mendistribusikan barang ke Gaza dalam kondisi yang baik," kata Mamer seperti dikutip Sputnik.
Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan roket skala besar terhadap Israel dari Gaza hingga menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 240 lainnya.
Israel melancarkan serangan balasan, memerintahkan blokade total terhadap Jalur Gaza, dan memulai serangan darat ke daerah kantong Palestina itu dengan tujuan untuk melenyapkan para pejuang Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Lebih dari 31.000 orang telah terbunuh sejauh ini di Jalur Gaza, kata pemerintah setempat.
Pada 24 November, Qatar memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata sementara dan pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Gencatan senjata telah diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember. Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
Kamis lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa militer AS akan membangun pelabuhan sementara untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Pentagon kemudian menjelaskan bahwa di bawah proyek tersebut, bantuan pertama-tama akan dipasok ke dermaga terapung dan kemudian dikirim ke pantai dengan kapal-kapal kecil.
Pada Jumat, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Uni Eropa, AS, dan Uni Emirat Arab akan bersama-sama meluncurkan koridor maritim ke Gaza dari Siprus.
Koridor tersebut seharusnya mulai beroperasi pada Minggu, akan tetapi peluncurannya ditunda.
"Waktu untuk koridor maritim bukan enam minggu. Jangka waktunya adalah sekarang," kata Mamer terkait misi pengiriman bantuan tersebut.
"Kami berharap kapal pertama benar-benar dapat tiba di Gaza secepat mungkin. Situasinya sangat berubah-ubah dan kami perlu memastikan semua kondisinya tepat sehingga kapal-kapal dapat berlayar dan mendistribusikan barang ke Gaza dalam kondisi yang baik," kata Mamer seperti dikutip Sputnik.
Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan roket skala besar terhadap Israel dari Gaza hingga menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 240 lainnya.
Israel melancarkan serangan balasan, memerintahkan blokade total terhadap Jalur Gaza, dan memulai serangan darat ke daerah kantong Palestina itu dengan tujuan untuk melenyapkan para pejuang Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Lebih dari 31.000 orang telah terbunuh sejauh ini di Jalur Gaza, kata pemerintah setempat.
Pada 24 November, Qatar memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata sementara dan pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Gencatan senjata telah diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember. Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024