Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengingatkan masyarakat dan pengunjung Gunung Kelimutu di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) tentang potensi bahaya dari gunung yang berada pada tingkat aktivitas Level II atau Waspada itu.
"Potensi ancaman bahaya Gunung Kelimutu saat ini adalah erupsi freatik dan magmatik yang menghasilkan lontaran material dalam radius 250 meter," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Kelimutu Irwan Ka Uman ketika dihubungi dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Selasa.
Gunung Kelimutu merupakan gunung api tipe strato yang memiliki tiga danau kawah yakni Kawah I (Tiwu Ata Polo), Kawah II (Tiwu Koofai Nuwamuri), dan Kawah III (Tiwu Ata Bupu).
Data pemantauan secara visual dan instrumental menunjukkan perubahan yang signifikan warna air danau Kawah I, maupun kenampakan dan sebaran dari belerang di permukaan air danau Kawah II yang semakin intensif.
Badan Geologi pun menyebut potensi ancaman dari kondisi terkini yakni erupsi freatik dan magmatik. Selain itu hujan abu dapat terjadi dengan jarak dan intensitas tergantung pada arah dan kecepatan angin.
Irwan menerangkan erupsi freatik adalah erupsi atau letusan yang terjadi ketika magma memanaskan air tanah atau air permukaan. Temperatur magma yang ekstrem menyebabkan penguapan air yang hampir seketika menjadi uap, menghasilkan ledakan uap, air, abu, batu, dan bom vulkanik.
Sedangkan erupsi atau letusan magmatik adalah letusan yang disebabkan oleh keluarnya magma dari dalam perut bumi. Erupsi magmatik merupakan salah satu jenis aktivitas vulkanik yang terjadi ketika magma dari dalam bumi naik mendekati permukaan dan keluar melalui gunung berapi.
Dengan melihat hasil pemantauan visual dan instrumental serta potensi bahaya itu, tingkat aktivitas Gunung Kelimutu pun dinaikkan dari Level I atau Normal ke Level II atau Waspada sejak 24 Mei 2024.
Badan Geologi juga merekomendasikan agar masyarakat dan pengunjung tidak berada dalam radius 250 meter dari tepi kawah.
Lebih lanjut Irwan menjelaskan pengamatan visual Kawah I saat ini yakni air danau kawah berwarna coklat kehitaman, teramati bulan air dibagikan sebelah timur laut di atas permukaan air danau kawah, serta bau gas belerang tercium lemah.
Selanjutnya pada Kawah II, air danau kawah berwarna biru muda, teramati endapan belerang berwarna kuning muda bertebaran di atas permukaan air danau kawah pada bagian tengah hingga ke bagian tenggara dan selatan.
"Pada Kawah III, teramati air danau kawah berwarna hijau tua," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
"Potensi ancaman bahaya Gunung Kelimutu saat ini adalah erupsi freatik dan magmatik yang menghasilkan lontaran material dalam radius 250 meter," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Kelimutu Irwan Ka Uman ketika dihubungi dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Selasa.
Gunung Kelimutu merupakan gunung api tipe strato yang memiliki tiga danau kawah yakni Kawah I (Tiwu Ata Polo), Kawah II (Tiwu Koofai Nuwamuri), dan Kawah III (Tiwu Ata Bupu).
Data pemantauan secara visual dan instrumental menunjukkan perubahan yang signifikan warna air danau Kawah I, maupun kenampakan dan sebaran dari belerang di permukaan air danau Kawah II yang semakin intensif.
Badan Geologi pun menyebut potensi ancaman dari kondisi terkini yakni erupsi freatik dan magmatik. Selain itu hujan abu dapat terjadi dengan jarak dan intensitas tergantung pada arah dan kecepatan angin.
Irwan menerangkan erupsi freatik adalah erupsi atau letusan yang terjadi ketika magma memanaskan air tanah atau air permukaan. Temperatur magma yang ekstrem menyebabkan penguapan air yang hampir seketika menjadi uap, menghasilkan ledakan uap, air, abu, batu, dan bom vulkanik.
Sedangkan erupsi atau letusan magmatik adalah letusan yang disebabkan oleh keluarnya magma dari dalam perut bumi. Erupsi magmatik merupakan salah satu jenis aktivitas vulkanik yang terjadi ketika magma dari dalam bumi naik mendekati permukaan dan keluar melalui gunung berapi.
Dengan melihat hasil pemantauan visual dan instrumental serta potensi bahaya itu, tingkat aktivitas Gunung Kelimutu pun dinaikkan dari Level I atau Normal ke Level II atau Waspada sejak 24 Mei 2024.
Badan Geologi juga merekomendasikan agar masyarakat dan pengunjung tidak berada dalam radius 250 meter dari tepi kawah.
Lebih lanjut Irwan menjelaskan pengamatan visual Kawah I saat ini yakni air danau kawah berwarna coklat kehitaman, teramati bulan air dibagikan sebelah timur laut di atas permukaan air danau kawah, serta bau gas belerang tercium lemah.
Selanjutnya pada Kawah II, air danau kawah berwarna biru muda, teramati endapan belerang berwarna kuning muda bertebaran di atas permukaan air danau kawah pada bagian tengah hingga ke bagian tenggara dan selatan.
"Pada Kawah III, teramati air danau kawah berwarna hijau tua," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024