Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan konflik di Gaza tidak bisa diabaikan di Dewan Keamanan PBB karena hal itu merupakan masalah internasional utama saat ini.
“Masalah ini tidak bisa diabaikan di (Dewan) Keamanan PBB, karena ini benar-benar merupakan masalah internasional utama saat ini. Tidak peduli bagaimana pun orang mencoba menggambarkannya secara berbeda,” kata Menlu Lavrov dalam jumpa pers bersama Menlu Mesir, Bady Abdelatty, di Moskow, Senin (16/9).
Dengan menunjukkan bahwa Moskow menyambut langkah-langkah apa pun yang bertujuan menghentikan pertumpahan darah di Gaza secepat mungkin dan memastikan gencatan senjata yang berkelanjutan dan permanen, Lavrov mengatakan Rusia dan Mesir berusaha mencapai hal yang sama di Dewan Keamanan PBB.
“Masalah utamanya adalah Amerika Serikat tidak ingin melewatkan keputusan apa pun yang secara serius menunjukkan apa yang diinginkan semua orang, yakni diakhirinya pertumpahan darah,” ucapnya.
Lavrov mengenang bahwa beberapa bulan lalu perwakilan AS telah menyerahkan rancangan resolusi tentang konflik Palestina-Israel ke Dewan Keamanan PBB yang ia gambarkan sebagai sangat suram dan samar.
“Tetapi mereka (AS) mengatakan ini sudah cukup, (bahwa) Israel setuju dengan pendekatan ini dan semuanya akan baik-baik saja. Kami meminta bukti dan meminta rekan Israel kami untuk mengonfirmasi persetujuan mereka terhadap yang tertulis dalam dokumen Amerika,” tambahnya.
Kendati begitu, lanjut dia, AS menolak melakukannya, sehingga Rusia terpaksa abstain dari pemungutan suara daripada memveto atas permintaan rekan-rekan Arab mereka, termasuk Palestina yang mengatakan mereka ingin memberikan kesempatan kepada dokumen yang kerap didengung-dengungkan oleh Amerika.
“Resolusi tersebut diadopsi dan karena diadopsi pada kertas kosong, maka sekarang tetap menjadi kertas kosong. Tidak ada janji dari Amerika Serikat yang terpenuhi, tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus menghentikan upaya kita,” tuturnya.
Lavrov menambahkan, perang berisiko menjadi konflik abadi jika semua pihak tidak mematuhi keputusan PBB tentang pembentukan negara Palestina.
Israel telah membunuh lebih dari 41.000 warga Palestina di Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas yang menewaskan 1.200 nyawa dan sekitar 250 lainnya diambil sebagai sandera.
Sebanyak 101 tawanan diyakini berada di daerah kantong Palestina yang diblokade tersebut. Upaya untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri perang terus berlanjut, tetapi tidak berhasil.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
“Masalah ini tidak bisa diabaikan di (Dewan) Keamanan PBB, karena ini benar-benar merupakan masalah internasional utama saat ini. Tidak peduli bagaimana pun orang mencoba menggambarkannya secara berbeda,” kata Menlu Lavrov dalam jumpa pers bersama Menlu Mesir, Bady Abdelatty, di Moskow, Senin (16/9).
Dengan menunjukkan bahwa Moskow menyambut langkah-langkah apa pun yang bertujuan menghentikan pertumpahan darah di Gaza secepat mungkin dan memastikan gencatan senjata yang berkelanjutan dan permanen, Lavrov mengatakan Rusia dan Mesir berusaha mencapai hal yang sama di Dewan Keamanan PBB.
“Masalah utamanya adalah Amerika Serikat tidak ingin melewatkan keputusan apa pun yang secara serius menunjukkan apa yang diinginkan semua orang, yakni diakhirinya pertumpahan darah,” ucapnya.
Lavrov mengenang bahwa beberapa bulan lalu perwakilan AS telah menyerahkan rancangan resolusi tentang konflik Palestina-Israel ke Dewan Keamanan PBB yang ia gambarkan sebagai sangat suram dan samar.
“Tetapi mereka (AS) mengatakan ini sudah cukup, (bahwa) Israel setuju dengan pendekatan ini dan semuanya akan baik-baik saja. Kami meminta bukti dan meminta rekan Israel kami untuk mengonfirmasi persetujuan mereka terhadap yang tertulis dalam dokumen Amerika,” tambahnya.
Kendati begitu, lanjut dia, AS menolak melakukannya, sehingga Rusia terpaksa abstain dari pemungutan suara daripada memveto atas permintaan rekan-rekan Arab mereka, termasuk Palestina yang mengatakan mereka ingin memberikan kesempatan kepada dokumen yang kerap didengung-dengungkan oleh Amerika.
“Resolusi tersebut diadopsi dan karena diadopsi pada kertas kosong, maka sekarang tetap menjadi kertas kosong. Tidak ada janji dari Amerika Serikat yang terpenuhi, tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus menghentikan upaya kita,” tuturnya.
Lavrov menambahkan, perang berisiko menjadi konflik abadi jika semua pihak tidak mematuhi keputusan PBB tentang pembentukan negara Palestina.
Israel telah membunuh lebih dari 41.000 warga Palestina di Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas yang menewaskan 1.200 nyawa dan sekitar 250 lainnya diambil sebagai sandera.
Sebanyak 101 tawanan diyakini berada di daerah kantong Palestina yang diblokade tersebut. Upaya untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri perang terus berlanjut, tetapi tidak berhasil.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024