Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan portfolio kredit konsolidasi yang tumbuh sebesar 8,8 persen year on year (yoy) menjadi senilai Rp658 triliun pada Agustus 2023.
"Prospek makro pada paruh kedua tahun ini lebih positif, terutama dari sisi fiskal, dengan potensi peningkatan belanja masyarakat dan pemerintah," ujar Royke.
Royke melanjutkan, kinerja fungsi intermediasi yang sehat membawa perseroan mencatatkan Pre-Provision Operating Profit (PPOP) senilai Rp23,2 triliun, sehingga laba bersih perseroan tumbuh 14,9 persen (yoy) mencapai senilai Rp13,71 triliun pada Agustus 2023.
Dari sisi indikator keuangan, Ia menyebut kualitas kredit perseroan dalam kondisi yang sehat, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) berada di level 2,31 persen, atau lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022 lalu.
"Permodalan juga dalam kondisi kuat, dengan posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level 22,05 persen per Agustus 2023," ujar Royke.
Royke mengatakan perseroan memiliki pipeline yang kuat di segmen wholesale hingga akhir tahun, yaitu perusahaan blue chip dari beberapa sektor ekonomi yang prospektif dan resilient, termasuk yang fokus mendukung green loan, hilirisasi sumber daya alam, dan manufaktur.
Selain itu, lanjutnya, terdapat juga tren penguatan daya beli masyarakat dan belanja pemerintah, sehingga meningkatkan kredit sektor konsumer yang diharapkan memberikan efek pengganda ke sektor produktif.
"Memasuki semester kedua, kami optimis kredit akan terus tumbuh sesuai dengan target pertumbuhan kredit perseroan sebesar 7 persen hingga 9 persen pada akhir tahun 2023," ujar Royke.