Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjelang akhir pekan ini dibuka melemah seiring surplus neraca perdagangan RI yang turun pada Januari 2024.
Pada awal perdagangan Jumat pagi, kurs rupiah dibuka turun 37 poin atau 0,24 persen menjadi Rp15.660 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.623 per dolar AS.
"Dari dalam negeri, data trade balance yang menunjukkan penurunan ekspor dan surplus yang terus turun juga bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut pada Januari 2024 sebesar 2,02 miliar dolar AS, namun lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Desember 2023 sebesar 3,29 miliar dolar AS.
Nilai ekspor Indonesia Januari 2024 mencapai 20,52 miliar dolar AS atau turun 8,34 persen dibanding Desember 2023 yang sebesar 22,41 miliar dolar AS.
Sementara itu, sentimen positif untuk rupiah datang dari hasil pemilihan umum (pemilu) RI yang berlangsung damai pada 14 Februari 2024 dan pemilihan Presiden (pilpres) dan Wakil Presiden RI yang berpeluang satu putaran sehingga bisa membantu penguatan rupiah.
Dari sisi global, Ariston menuturkan rupiah masih bisa melemah terhadap dolar AS hari ini karena laporan-laporan penurunan pertumbuhan di beberapa negara besar seperti Jepang, Inggris dan perlambatan ekonomi di China, yang bisa menjadi kekhawatiran pasar. Kondisi itu dapat mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS.
Tapi di sisi lain, data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) pada Januari semalam yang menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya bisa menjaga dolar AS tidak terlalu kuat. Penurunan ritel tersebut bila berlanjut bisa menurunkan inflasi AS ke depan.
Ariston memperkirakan potensi pelemahan rupiah ke area Rp15.650 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke arah Rp15.580 per dolar AS.