Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan bahwa mahasiswa wajib mengenali ciri radikalisme, terorisme, dan intoleransi sedini mungkin, terutama untuk mengantisipasi penyebaran di lingkungan kampus.
"Mahasiswa ini harus mengenali secara dini. Pertama definisinya terlebih dahulu apa itu intoleransi, radikalisme dan terorisme," kata Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Roedy Widodo melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, mahasiswa sebagai generasi muda penerus tongkat estafet kepemimpinan bangsa harus mengenali ciri-ciri radikalisme, terorisme, dan intoleransi.
Karena kata Roedy, dengan mengenali cirinya, mahasiswa akan memiliki ketahanan dan mampu melakukan deteksi dini bila melihat ada tanda penyebaran radikalisme, terorisme, dan intoleransi di lingkungan kampus.
Pernyataan itu disampaikan Mayjen Roedy saat menjadi narasumber pada acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2024 mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten.
"Setelah itu bagaimana mereka bisa mengenal ciri-cirinya, bagaimana terpapar radikalisme, paham terorisme serta gejala ataupun potensi intoleransi," ujarnya.
Ia menambahkan, pemahaman itu sangat diperlukan kepada mahasiswa agar dapat terciptanya daya tahan, baik itu daya tahan individu atau resilensi individu, "family resilience" nasionality resilience yang akhirnya dapat tercipta suatu daya tahan ataupun ketahanan nasional yang dinamis.
"Dengan demikian kita dapat melakukan pencegahan secara dini, melakukan perlawanan secara dini dan penangkalan secara dini agar tercipta suatu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang cinta damai dan harmoni,” katanya.
Ia menambahkan, pembekalan kepada mahasiswa baru UIN SMH ini juga dalam rangka untuk menjalankan tujuh program prioritas BNPT, di antaranya yaitu program perlindungan terhadap perempuan remaja dan anak-anak.
Pasalnya kata Roedy, perempuan, remaja dan anak-anak adalah termasuk kategori orang-orang yang rentan terpapar paham tersebut.
Mayjen Roedy melanjutkan, salah satu program prioritas lainnya penguatan Kampus Kebangsaan. Program ini dalam rangka menangkal secara dini dan memberikan perlawanan terhadap ideologi ataupun paham yang bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.
"Selain itu mahasiswa diharapkan dapat membudayakan kearifan lokal, cinta damai, menghargai perbedaan, tidak mudah untuk mengkafirkan orang lain ataupun punya paham takfiri dan tetap mencintai NKRI, Undang-Undang Dasar 1945," ujarnya.
Mayjen Roedy juga berharap kepada mahasiswa dapat memahami dengan apa yang telah ia berikan dalam pembekalan tersebut.
Sementara itu Rektor UIN SMH Banten Wawan Wahyudin mengatakan bahwa diundangnya BNPT ini untuk memberikan materi kepada para mahasiswa baru. Tujuannya membentengi para mahasiswa dari penyebaran paham radikal, terorisme dan intoleransi.
Karena menurut Prof Wawan, tidak mungkin menjaga negeri ini dengan SDM yang ada di UIN bukan hanya dari aspek pembelajaran akademik semata. Tetapi lebih dari itu bagaimana akhlak mereka, baik sebagai umat beragama maupun sebagai warga negara yang baik dalam upaya menjaga negeri ini.
"Kami dari UIN berkepentingan betul dengan BNPT karena beliaulah pemilik tupoksi dan berkompeten dalam menyampaikan materi itu. Sehingga mereka nantinya tidak terjebak terhadap paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945," katanya.