Jakarta (ANTARA Jambi) - Pakar kesehatan IPB Soekirman mengatakan bahwa seribu hari pertama usia bayi sangat menentukan kualitas hidupnya di masa depan sehingga upaya peningkatan dan perbaikan gizi harus dilakukan seoptimal mungkin.

Prof. Soekirman yang juga Guru Besar Ilmu Pangan IPB itu di Jakarta, Selasa, berpendapat seluruh pemangku kepentingan harus turut serta memperhatikan program seribu hari pertama, sejak janin dalam kandungan hingga usia anak dua tahun.

"Percepatan perbaikan gizi pada seribu hari pertama harus di mulai dari masa kehamilan sampai anak berusia dua tahun," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI) IPB itu.

Soekirman menyambut baik saat ini telah banyak dikembangkan program terkait pengembangan gizi di kalangan masyarakat.

Pria yang juga Chairman Danone Institue itu meminta seluruh pihak untuk mendukung program gizi nasional.

"Beberapa program perbaikan gizi yang telah dilakukan beberapa perusahaan swasta diantaranya Ayo Melek Gizi Community dan Nutrion Education Center (AMG Connect) hasil kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dan PT Sarihusada," katanya.

Kerja sama itu di antaranya memfasilitasi pendidikan gizi bagi 200 kader penggiat edukasi gizi masyarakat termasuk kader posyandu di wilayah Bogor serta pihak-pihak lain yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan gizi masyarakat.

Ia berharap dengan semakin banyaknya program terkait edukasi gizi para ibu mampu untuk menyusun menu sederhana bagi anak dan keluarganya dengan kandungan gizi yang seimbang sehingga permasalahan kekurangan gizi di Indonesia dapat ditekan serendah mungkin.

Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan masalah gizi merupakan hal yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan manusia.

Menurut dia, kekurangan gizi selain dapat menimbulkan masalah kesehatan juga dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa.

"Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa," kata Nasfiah.

Menkes menambahkan, mengingat besar dan kompleksnya masalah pangan dan gizi di Indonesia, penangannya memerlukan kelembagaan yang kuat dengan melibatkan berbagai ahli, disiplin, juga profesi dari kementerian serta pemangku kepentingan.

"Kita harus pikirkan bagaimana membangun nutrisi center yang bisa memberikan gizi terbaik dan harus kita akui pembentukan lembaga ini itu sangat-sangat sangat penting," katanya.

Dari hasil Riskesdas, prevelensi gizi kurang pada pada balita sebesar 17,9 persen dan stunting 35,6 persen, dan diperkirakan 14,2 persen balita di Indonesia mengalami gizi lebih dan kegemukan (obesitas), bahkan pada kelompok dewasa, prevelensi gizi telah mencapai 21 persen.

"Kelebihan berat badan juga masalah lain yang akan berdampak buruk pada hari tua kita," kata Menteri.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013