Jambi (ANTARA Jambi) - Tim Patroli Harimau Sumatera Tigers Protection and Conservation, Unit Patroli Harimau Sumatera Taman Nasional Kerinci Seblat merekomendasikan taman nasional se-Sumatera untuk melakukan patroli sapu jerat harimau.
"Melihat makin berkurangnya populasi harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) belakangan ini akibat maraknya perburuan liar maka kita merekomendasikan agar taman nasional di Sumatera yang menjadi habitat harimau sumatera dapat melakukan patroli sapu jerat seperti yang kita lakukan sejak 2006," kata Manejer Lapangan PHS-TNKS Dian Risdianto di Jambi, Rabu.
Menurut dia, patroli khusus sapu jerat yang merupakan patroli tim gabungan antar lembaga dan masyarakat ini diharapkan dapat meminimalisir angka degredasi populasi harimau Sumatera.
Sebab, jerat adalah salah satu cara paling sederhana dan populer yang digunaka para pemburu dalam menangkap harimau, mengingat tidak membahayakan, dan relatif lebih menjamin keutuhan kualitas organ tubuh dari harimau yang terjerat.
"Pasar gelap harimau atau organ tubh harimau baik di dalam maupun luar negeri semuanya mengutamakan kualitas dari organ tubuh yang mereka butuhkan, karena itu menjerat adalah yang paling aman mereka lakukan," ungkap Dian.
Jika memakai cara peracunan dapat mengkotaminasi organ tubuh tulang atau daging harimau, jika ditembak menggunakan peluru akan merusak kulit harimau yang memiliki nilai jual tinggi tersebut.
Mengingat semakin menipisnya populasi dan rusaknya habitat harimau Sumatera di alam bebas Sumatera saat ini maka sangat diperlukan tindakan terpadu dan terorganisir oleh lembaga pengelola sumber daya alam hayati tersebut seperti halnya taman nasional.
Hal ini sesuai dengan UU nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, dan berdasarkan pengalaman dari patroli telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir terbukti sangat efektif mempertahankan keberadaan populasi harimau di TNKS hingga saat ini.
Selain itu, tambah Dian, juga diperlukan penindakan tegas terhadap pelaku perburuan, baik pemburu, perantara maupun penadah dan pembeli organ tubuh harimau tersebut, sehingga dapat memberikan efek jera.
Saat ini, populasi harimau Sumatera yang hidup di alam bebas diperkirakan hanya tersisa antara 300-400 ekor saja, bahkan di beberapa kawasan seperti di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Jambi diprediksikan keberadaan maskot satwa Jambi tersebut telah punah.
Karena itu patroli sapu jerat ini tidak saja terhadap jerat harimau tapi juga terhadap semua jenis jerat satwa mangsa harimau seperti jerat kijang, rusa, babi, monyet, burung, tenuk dan lain sebagainya, mengingat antara harimau dan satwa lainnya tersebut adalah satu rangkaian mata rantai makanan, tambah Dian.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013