Jakarta (ANTARA Jambi) - Penjaga gawang Sergio Romero melakukan dua penyelamatan dalam adu penalti ketika membawa Argentina ke babak final Piala Dunia 2014 pertama kalinya sejak 24 tahun lalu dengan mengalahkan Belanda 4-2. 

Sehari sebelumnya, Jerman meluluhlantakkan tuan rumah Brazil 7-1, sehingga lengkaplah kekecewaan Brazil yang kerap didera unjuk rasa setelah mengeluarkan dana 11 miliar dolar untuk menyelenggarakan kejuaraan akbar itu.

Kekalahan ini juga secara politis sekaligus menurunkan pamor Presiden Dilma Rousseff yang ingin maju pada periode kedua kepemimpinannya sebagai orang nomor  satu di Brazil. 

Dengan demikian, Argentina akhirnya maju ke babak final melawan Jerman pada laga di Stadion Maracana, Rio de  Janeiro,  merupakan laga ulangan final Piala Dunia 1990 di Roma, Italia, ketika Jerman menang 1-0. 

Pertandingan itu juga merupakan ulang final Piala Dunia 1986 di Kota Meksiko, di mana Argentina yang diperkuat Diego Armando Maradona mengalahkan Jerman Barat 3-2, setelah di perempat final mengalahkan Inggris 2-1 lewat "gol tangan Tuhan" pemain gempal itu.

Di final Piala Dunia 1986 itu, tim Tango unggul 2-0 terlebih dahulu lewat gol Brown (23) dan Valdano (55). Namun, Jerman mampu mengejar lewat gol Karl Heinz Rummenige (74) dan Rudi Voller (80). Tapi umpan jitu dari Maradona untuk Burruchaga memupus ambisi Jerman dan Argentina keluar sebagai juara.

Empat tahun berselang, 1990, Argentina dan Jerman kembali bertemu di Piala Dunia yang digelar di Italia. Kali ini, Jerman sukses membalas dendam kekalahan empat tahun silam dengan kemenangan tipis 1-0.  Saat itu penalti Andreas Brehme lima menit menjelang bubaran membuat Diego Maradona menangis.

Sayangnya, laga yang digelar di Stadion Olimpico itu dinilai oleh sebagian kalangan sebagai partai final Piala Dunia terburuk yang pernah ada. Anggapan ini lantaran kedua tim bermain defensif dan kedua tim cenderung bermain kasar.

Wasit asal Meksiko, Edgardo Codesal Mendez, bahkan harus mengeluarkan dua kartu merah dan empat kartu kuning. Gol pun harus didapatkan lewat titik penalti.

Nah pada laga Kamis subuh WIB, pertandingan berlangsung amat alot sehingga peluang kedua tim jarang terjadi, sedangkan tendangan bebas Messi dijinakkan penjaga gawang Jasper Cillessen, sementara kapten Belanda Robin van Persie yang terganggu oleh masalah pencernaan, digantikan oleh Klaas-Jan Huntelaar pada menit ke-96.  

Catatan sejarah

Di atas kertas, timnas Argentina diperhitungkan akan menjuarai Piala Dunia 2014. Tim Tango memiliki catatan pertemuan bagus lawan timnas Jerman. Sepanjang sejarah, kedua tim telah 20 kali bertemu pada berbagai ajang laga. 

Argentina mengumpulkan sembilan kemenangan, sedangkan Jerman tujuh kali menang. Sisanya, empat pertandingan kedua tim berakhir imbang. 

Namun demikian, jika pertandingan kedua tim digelar di pentas Piala Dunia, Jerman lebih unggul dari Argentina dalam lima pertemuan mereka. 

Jerman tiga kali meraih kemenangan dan sekali kalah. Satu-satunya hasil imbang terjadi pada Piala Dunia 1966. Ketika kedua tim bertemu pada babak perempat final Piala Dunia 2006, kedudukan imbang 1-1 bertahan hingga perpanjangan waktu. Jerman kemudian menang melalui adu tendangan penalti dengan angka 4-2.

Namun demikian, ada fakta kuat yang mendukung Argentina untuk memenangi laga di Maracana, Senin (14/7/2014) waktu Indonesia tersebut. Sepanjang sejarah, belum pernah ada tim Eropa yang mampu menjuarai Piala Dunia yang digelar di benua Amerika.

Dari tujuh Piala Dunia di Amerika sebelumnya (1930, 1950, 1962, 1970, 1978, 1986, dan 1994), tim yang keluar sebagai juara selalu tim dari benua Amerika. Brasil tiga kali, disusul Uruguay dan Argentina yang sama-sama dua kali. 

Menjelang Piala Dunia 2006, kualitas Jerman di bawah asuhan Jurgen Klinsmann yang menitikberatkan komposisi pemain muda, pada awalnya diragukan. Apalagi dalam partai pemanasan awal Maret, si Panser ini dipukul Azzurri 1-4 di Florenze, Italia. 

Namun dengan perlahan tapi pasti, Klinsmann dan anak asuhannya mampu membuat publik Jerman berbesar hati melihat grafik penampilan Michael Ballack dan kawan kawan yang kian hari kian menunjukkan peningkatan.

Pendek kata, melihat sepak terjang Tim Panser di babak perdelapan final melawan Swedia, terutama dalam babak pertama, membuktikan Jerman pantas diperhitungkan.

Argentina sejak awal memang difavoritkan, kendati tergabung dalam grup "maut". Publik yakin pasukan  akan mampu melewatinya, meskipun turun tanpa kehadiran penuh Lionel Messi, salah satu striker muda yang disebut-sebut sebagai The New Maradona.

Argentina melaju ke babak 16 besar tapi grafik tim Tango masih terbilang turun naik. Setelah hampir terpeleset di awal penyisihan melawan Pantai Gading, Javier Saviola dan kawan kawan mampu berpesta saat melumat Serbia dan Montenegro. Kemudian grafik sedikit menurun ketika mereka berhadapan dengan Meksiko dan kemenangan pun harus dicapai dengan susah payah.

Keuntungan Jerman

Pelatih timnas Argentina Alejandro Sabella mengatakan Jerman lebih mempunyai keuntungan daripada tim asuhannya, yang kelelahan, di laga final Piala Dunia 2014 pada Minggu.

Argentina melaju ke laga pamungkas di Maracana setelah bermain ketat dengan Belanda hingga harus diputuskan dengan adu penalti yang mana sang pelatih mengibaratkannya seperti perang.

Kenyataan bahwa Jerman memiliki waktu yang lebih untuk beristirahat dan bermain efektif lewat kemenangan 7-1 atas Brazil dalam 90 menit bisa menjadi faktor yang krusial, kata Sabella. "Beberapa pemain kami kesakitan, terpukul, lelah, seperti menjalani sebuah perang," katanya.

Sabella kagum dengan sepak bola Jerman, dia mengatakan jika mereka sering memunculkan pemain dengan "sentuhan Amerika Selatan."

"Sepanjang sejarahnya Jerman selalu menunjukkan kekuatan fisiknya, taktik dan kegagahan mentalnya, dan selalu memiliki pemain dengan sentuhan gaya Amerika Selatan," kata Sabella.

"Kita akan lihat apakah hanya masalah kecil, fakta jika kami bermain setelah Jerman dan permainan mereka ditentukan pada 45 menit pertama, sehingga mereka bisa sedikit santai di babak kedua, sementara kami harus mengerahkan segala kemampuan hingga tetes keringat terakhir untuk mencapai final Piala Dunia," kata Sabella.

Argentina pasti berusaha keras untuk meneruskan catatan sejarah tentang keperkasaan tim Amerika Selatan yang memenangi semua laga bila menjadi tuan rumah. 

Argentina juga, selain membawa semangat rakyat negaranya, juga untuk mengenang dua pewarta olahraga Argentina Jorge Lopez yang meninggal dunia  Rabu pagi setelah taksinya ditabrak oleh mobil curian yang berusaha menghindari polisi. 

Ini menyebabkan ia menjadi pewarta kedua dari negaranya yang meninggal dunia di Brazil sepanjang Piala Dunia 2014, setelah sebelumnya wartawati putri  Soledad Fernandez meninggal akibat kecelakaan mobil pada 2 Juli, saat sedang melakukan perjalanan ke Belo Horizonte dari Sao Paulo. 

Tango atau Panser?  Sepak bola, seperti biasa, tidak dapat dihitung atau dikalkulasi seperti matematik, sehingga siapa yang akan tampil sebagai pemenang tentu akan dipastikan pada Minggu malam (Senin WIB) di Stadion Maracana.(Ant)

Pewarta: AR Loebis

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014