Jambi (ANTARA Jambi) - Komunitas Konservasi Indonesia Warsi bekerja sama dengan Jurnal Seloko menggelar kegiatan pelatihan penelitian dan pembacaan naskah kuno Melayu Jambi yang menghadirkan instruktur DR Annabel Teh Gallop, pakar Melayu Nusantara dari British Library.

"Kegiatan ini bermisi meningkatkan kemampuan dan wawasan intelektual Jambi khususnya di bidang sosial budaya dalam menelaah referensi-referensi dari naskah kuno," kata Pimpinan Jurnal Seloko, Jumardi Putra di Jambi, Selasa.

Ia mengatakan, Warsi yang dasarnya LSM di bidang konservasi dan advokasi serta pemberdayaan masyarakat adat memiliki kesamaan visi dalam memandang pentingnya diberdayagunakan naskah-naskah kuno yang berupa piagam, sertifikat, faktur dan surat-surat penting lainnya.

Hal ini merupakan upaya memperjuangkan pengakuan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan pelestarian sumberdaya alam yang ada di daerahnya sehingga tidak terjadi pengambilan paksa oleh pihak perusahaan dan pihak asing lainnya.

"Sebab, ternyata di dalam naskah-naskah lama khususnya berupa piagam yang pada zaman dulu dikeluarkan oleh Sultan atau raja termaktub tentang pengaturan luas dan batas-batas wilayah suatu daerah adat," ujarnya.

Hal itu tentu saja sangat berguna bagi Warsi dan masyarakat adat setempat dalam mengupayakan mendapatkan pengakuan atas hak pengelolaan hutan di kawasan mereka sebagai hutan adat atau hutan desa dari pemerintah dan hukum negara, kata Jumardi.

Dalam pelatihan penelitian naskah kuno tersebut sengaja dihadirkan DR Annabel Teh Gallop, seorang pakar pernaskahan kuno dan Melayu dari British Library yang didaulat menjadi instruktur selama pelatihan yang diikuti oleh 16 orang selama dua hari.

"Para peserta berasal dari Universitas Jambi dan IAIN STS, baik kalangan dosen maupun mahasiswa, serta dari kalangan budayawan, sejarawan dan peneliti secara personal," katanya.

Sementara, pihak Warsi menilai kerja sama pelatihan, penelitian dan pembacaan naskah kuno tersebut sangat bermanfaat bagi Warsi dalam upaya memperjuangkan masyarakat adat bisa mendapatkan hak kelola atas hutan adat atau hutan desa.

Karena sebelumnya upaya mendapatkan pengakuannya tersendat-sendat karena ketiadaan bukti otentik hanya dikarenakan ketiadaannya SDM yang mampu membaca surat-surat kuno peninggalan nenek moyang masyarakat setempat yang disimpan sebagai pusaka.

"Kegiatan ini sangat bermanfaat, meskipun secara kasat mata tidak terlihat adanya hubungan antara urusan pernaskahan dengan konservasi lingkungan dan masyarakat adat," katanya.

Namun ternyata ada satu benang merah yang sangat kuat dan memiliki hukum mengikat, yakni pernaskahan kuno yang banyak disimpan oleh kelompok masyarakat, karena itu perlu diberdayakan dan diperjuangkan," tegas Deputi bidang Humasinfokom dan Media KKI Warsi Sukmareni.(cal)

Pewarta: Yunical

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014