Jambi (ANTARA Jambi) - Air Sungai Batanghari Jambi sangat membahayakan karena sudah tercemar merkuri, kata Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumatera (PPES) Kementerian Lingkungan Hidup Amral Fery.

Usai menghadiri rapat pembahasan naskah kesepakatan bersama Perlindungan dan Pengelolaan DAS Batanghari di Jambi, Selasa, ia mengatakan, air Sungai Batanghari bukan lagi terjadi keasaman (Ph), tapi memang banyak mengandung merkuri. Toleransi merkuri itu hanya 0,000.

"Sangat berbahaya, bukan Ph lagi ini sudah banyak mengandung air raksa, Merkuri itu toleransinya kecil, jika lewat toleransi itu tentu berbahaya," katanya.

Amral mencontohkan dampak keracunan merkuri yang sangat berbahaya itu, korban keracunan merkuri akan berangsur kehilangan anggota tubuh.

"Anda ingat kota Minamata di Jepang, itu banyak sekali korban gara-gara keracunan merkuri, bahkan ada yang kepalanya hilang, merkuri ini logam berat yang sangat berbahaya," tegasnya.

Untuk itu, antisipasi ke depan hendaknya antar provinsi dan kabupaten dapat saling bekerja sama, pemerintah dan masyarakat harus kompak. Jika kerja sama pencegahan itu terjalin selama tiga tahun saja, hasilnya akan tampak.

"Sekarang ini kita belum kompak, coba kita bayangkan kalau kita kompak dari hulu sungai hingga hilir, itu akan luar biasa. Tapi terkadang kita diatur dengan orang yang bermain di belakang itu, kalau kita kompak tidak akan terjadi pencemaran seperti Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) itu," jelasnya.

Sementara Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari katanya juga sangat mengkhawatirkan, pihaknya bersama Pemprov Jambi, Riau, Sumbar dan empat kabupaten di Sumbar serta 10 kabupaten/kota di Provinsi Jambi, telah berkumpul untuk bersepakat membahas pengelolaan dan perlindungan DAS.

Langkah awal perbaikan DAS kata Amral, yakni dengan mengelontorkan anggaran tiap tahunnya, anggaran itu akan digunakan untuk berbagai kegiatan yang bisa mengembalikan DAS Batanghari mendekati alami.

"Kita akan anggarkan dan berkerja dari hulu hingga hilir, kalau sekarang untuk PETI ini cukup susah, secara hukum selalu kandas, dan diadakan program teknis juga tidak memberikan dampak. Untuk itu kita akan mencoba membuat opini di masyarakat agar semua pihak kreatif terhadap DAS Batanghari," ujarnya.

Selama ini, anggaran DAS Batanghari kesannya boleh dianggarkan boleh tidak, namun mulai tahun depan anggaran DAS Batanghari tetap menjadi prioritas.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi Rosmeli ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa tiap tiga bulan pihaknya rutin mengecek kualitas air Sungai Batanghari. Namun kondisi yang di ambang batas wajar itu adalah bakteri e-coli.

"Setahun empat kali kita memeriksa kualitas air Batanghari, mulai dari BOD, COD, Ph dan segala macam. Kondisi air itu mengandung e-coli yang sumbernya dari limbah domestik," kata Rosmeli.

Soal merkuri, Rosmeli mengatakan pihaknya belum meneliti itu, karena terkendala emosional masyarakat terutama di wilayah aktivitas PETI.

"Kita belum meneliti, kalau Provinsi Sumbar sudah. Untuk meneliti di Kabupaten Merangin itu jangan kan mau dekat, saat melakukan sosialisasi saja kita harus didamping Babinsa," katanya.

Di Sungai Manau itu memang ada sekitar 200 alat berat yang melakukan aktivitas PETI, kalau mobil pemerintah lewat, masyarakat setempat pasti mencurigai, katanya.

"Jadi kita khawatir, tapi ini sudah kita bahas untuk level Sumatera. Rencana uji lab air sungai dan koordinasi dengan Kabupaten Merangin sudah dilakukan, kalau Kabupaten Merangin menjamin petugas lab saya di sana, saya akan kirim untuk mengambil sample. Sebab pengambilan sample tidak sembarangan, ada tekhnisnya. Kalau warna airnya memang seperti susu," ungkapnya.

Sementara itu, Sekda Provinsi Jambi Ridham Priskap mengatakan permasalahan yang sangat serius berkaitan dengan kelestarian DAS Batanghari adalah PETI yang semakin marak dengan menggunakan alat berat.

Aktivitas itu tentu mengakibatkan tekanan terhadap sumber daya alam semakin besar, kerusakan pada lahan-lahan perkebunan dan pertanian produktif, demikian juga penurunan kualitas air sungai yang akhirnya akan mengancam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

"Saya ini orang asli Batanghari, dulu sewaktu kecil setelah main bola saya dan kawan-kawan kecil saya langsung menyebur ke Sungai Batanghari dan langsung meminum air sungai, tidak terjadi apa-apa, tidak sakit perut atau diare. Tapi sekarang, jangankan untuk minum untuk mandi saja saya mikir. Air Sungai Batanghari dulu jernih, ikan lewat saja tampak, tapi sekarang buaya lewat saja tidak tampak karena airnya butek," kata Sekda.

Manfaat Sungai Batanghari banyak sekali, dulunya merupakan salah satu arus transportasi jasa, barang dan orang. Namun sekarang sungai sudah dangkal dan kualitas air tidak memungkinkan untuk dikosumsi, apalagi terkontaminasi rasa.

Sekda menambahkan, perlindungan dan pengelolaan DAS Batanghari ini akan dilaksanakan secara terpadu oleh semua pemangku kepentingan yang melibatkan dua provinsi, yaitu Provinsi Jambi dan Sumatera Barat yang difasilitasi oleh Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumatera (PPES) Kementerian Lingkungan Hidup.

Kesepakatan bersama yang akan dibahas ini merupakan rekomendasi kelompok kerja Sekretariat Bersama sehingga tujuan peningkatan kualitas DAS Batanghari yang diinginkan dapat tercapai.(Ant)

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014