Jambi (ANTARA Jambi) - Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jambi mewngkritik wacana pembangunan "Jenjang Menuju Langit" di seanjang jalur pendakian Danau Gunung Tujuh oleh Pemkab Kerinci.

"Itu ide yang tidak bisa diterima, kenapa tidak dibangun tangga eskalator saja sekalian ke puncak Gunung Kerinci kalau itu dimaksudkan untuk mempermudah wisatawan seperti alasan yang dilontarkan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Kerinci," kata Ketua HPI Jambi Guntur Meydan di Jambi, Minggu.

Yang pasti, HPI Jambi dan segenap komunitas pemuda dan masyarakat yng selama ini telah berjuang keraas membawa Danau Gunung Tujuh Kerinci itu masuk nominasi dan menjadi kandidat kuat "New9Wonderful" 2015 itu, sangat tidak setuju dengan wacana atau gagasan seperti itu.

Ia mengatakan, pembangunan dan pengembangan pariwisata modern saat ini konsepnya sudah sangat jauh berbeda dari era 80-an, dimana kini yang menjadi trend pariwisata dunia adalah eko-wisata, "green tourisme", kehidupan "back to nature".

Masyarakat wisata dunia saat ini sudah tidak lagi mencari 'mass tourisme', tapi back to nature, mereka rela membayar mahal untuk sekedar mencoba menginap di liarnya hutan Amazone di Brazil atau menginap bersama buaya aligator di Australia, hidup bersama koloni singa di Afrika, dan kini mereka mencari hutan hijau yang asri tanpa dipoles oleh tangan manusia.

Karena itu, kini Indonesia dan Kerinci khususnya termasuk Danau Gunung Tujuh, Danau Kaco di Lempur, mulai dilirik menjadi daerah tujuan wisatawan baru dunia, kata Guntur.

Kalau memang pemerintah punya anggaran program bidang infrastruktur, itu tidak melulu untuk membangun sarana fisik yang dimaksudkan untuk mempermudah dan memanjakan wisatawan, justeru hal itu menjadi bumerang dan mengakibatkan tindakan yang kontra produktif.

Gunung Kerinci, Danau Gunung Tujuh, dan Danau Kaco di Lempur kini telah tumbuh dan mulai dikenal sebagai magnet atau ikon baru pariwisata Kerinci, jauh meninggalkan keberadaan Danau Kerinci atau keanekaragaman budaya Kerinci yang kini dinilai cuma sebatas objek wisata mass-tourisme atau dalam bahasa sederhananya hanya menjadi objek darmawisata keluarga.

"Buktinya tingginya minat wisatawan terhadap keberadaan tiga objek alam ikon baru Kerinci tersebut adalah dengan mulai menggeliatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke ketiga objek tersebut hingga mencapai angka 2.000 sampai 3.000 orang pertahun seperti saat ini," ujarnya.

Ia menjelaskan, jika pemerintah ingin memajukan pariwisata Kerinci dan membangun fasilitas, sebaiknya pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kualitas akses transportasi seperti pembenahan jalan serta pengaktifan penerbangan, pembangunan sarana pelayanan seperti hotel dan restoran berkelas, pembenahan berbagai sarana di Danau Kerinci atau di air terjun Telun Berasap.

"Jangan mau membangun jenjang atau tangga di jalur pendakian Gunung Tujuh itu, sebab selain tidak populer, hal itu nyata-nyata menunjukkan ketidakmampuan Pemkab memahami situasi yang berkembang di tren kepariwisataan dunia saat ini," kata Guntur.

Danau Gunung Tujuh sebagai danau tertinggi di Asia Tenggara saat ini telah resmi terdaftar sebagai kandidat atau nominasi "New9Wonderfull", sebuah program yang dikembangkan dari konsep pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan dutanya adalah Presiden Jokowi.

Danau Gunung Tujuh adalah kandidat kuat pada program yang secara resmi akan dimulai Januari 2015 dan diumumkan hasilnya pada 27 September 2015 bertepatan dengan Hari Pariwisata Dunia.

Popularitas Danau Gunung Tujuh mengalahkan enam danau kandidat lainnya seperti Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Sentai, dan Danau Sentarung.

"Jadi kalau memang ingin mengembangkan Danau Gunung Tujuh, bukan dengan cara membangun fasilitas tangga itu, tapi menggencarkan promosi dalam berbagai bentuk. Alangkah baiknya anggaran untuk itu digunakan ke sektor atau program lain yang jauh lebih dibutuhkan," tambah Guntur.
***4***

Pewarta: Yupnical

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015