Jambi, Antarajambi.com - Pelaksana Tugas (Plt) Sekda Provinsi Jambi Erwan Malik, mengatakan bahwa objek wisata jelajah hutan dengan berjalan kaki (jungle traking) di kawasan Candi Muarojambi, Kabupaten Muarojambi, perlu promosi dan pembenahan yang lebih serius.

"Kita akui ini kurang promosi, ini perlu promosi dan dikemas dengan lebih baik lagi. Dan saya yakin apabila sudah dikemas dengan baik tidak secara amatiran lagi, maka ini akan menjadi industri pariwisata," katanya usia mengikuti "jungle tracking" di kawasan candi tersebut, Sabtu (13/5).

Menurut Erwan, obyek wisata "jungle tracking" di Kawasan Komplek Percandian Muarojambi itu sangat memuaskan dan mengasyikkan. Namun masih kurang diketahui oleh masyarakat.

"Maka sangat perlu mendapat perhatian dan promosi yang lebih serius lagi, agar masyarakat Indonesia bahkan dunia dapat mengetahui dan turut menikmati indahnya alam di kawasan tersebut," katanya.

Selain meningkatkan promosi, Erwan mengatakan bahwa penataan kawasan juga perlu ditingkatkan, dengan tetap mempertahankan keaslian dan keasrian alam, karena alamnya begitu indah.

Rute yang ditempuh dalam "jungel tracking" ini adalah start dengan berjalan kaki menyusuri kebun-kebun karet warga dan hutan di Desa Danau Lamo, menyusuri pinggiran sungai dengan jembatan kayu, dilanjutkan dengan naik perahu di Kanal Kuno Sungai Medak.

Kemudian turun dari perahu, berjalan kaki lagi menuju kawasan Candi Koto Mahligai, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan naik perahu menyusuri Kanal Kuno menuju ke Candi Kedaton dan finish.

Erwan mengungkapkan, bentuk dukungan dari pemerintah sendiri baik provinsi maupun Kabupaten Muarojambi dalam upaya mengembangkan objek wisata dikawasan itu, yakni berkoordinasi dan bekerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dalam membantu menyiapkan sarana dan prasarana pendukung.

"Saya yakin dari tahun ke tahun kawasan cagar budaya Kawasan Percandian Muarojambi akan berkembang. Harapan saya kepada warga masyarakat di sekitar kawasan candi mari kita sama-sama menjaga keamanan dan ketertiban sehingga siapapun yang berkunjung merasa nyaman dan aman. Ini yang paling pokok sekali," ujarnya.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Muarojambi, Kailani mengatakan bahwa obyek wisata "jungle tracking" merupakan wisata yang sangat sensasional dan alamiah serta memiliki nilai jual, dan objek wisata ini tidak mudah ditemukan di tempat-tempat wisata yang lain.

"Saya rasa ini yang perlu kita angkat untuk kita jadikan obyek yang dijual dan punya pangsa pariwisata yang tersendiri. Kemampuan untuk menjual daya saing inilah yang perlu kita kerjasama dan berkolaborasi dengan semua unsur pemangku kepentingan," kata Kailani.

Sedangkan untuk SDM masyarakat lokal sendiri yang nantinya akan menjadi pemandu wisata (guide) khususnya dalam "jungle tracking" itu. Dan sepertinya kata Kailani sudah cukup bagus dan terlatih dengan baik.

"Mereka sudah banyak yang mengikuti berbagai pelatihan baik itu untuk guide maupun untuk industri-industri kecil dan sebagainya. Tapi ini memang ada keterbatasan juga karena aspek-aspek yang menyangkut legalitas manajemennya, karena kewenangan untuk itu ada di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya Dirjen Kebudayaan, maka kita tidak bisa masuk dalam konteks kepariwisataannya secara lebih luas," katanya menjelaskan.

Objek wisata "jungel tracking" Kanal Kuno Desa Danau Lamo atau di kawasan Percandian Muarojambi ini merupakan rangkaian iven Festival Candi Muarojambi yang digelar 11-14 Mei.(Ant)

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Dodi Saputra


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017