Pengusaha kecil seperti pelaku usaha jasa mencuci baju (Laundry), pedagang kaki lima kue basah dan lainnya di Kota Jambi mengeluhkan kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mengganggu usahanya.

"Kalau menjemur itu jadi banyak debu bajunya, sehingga kita harus bersihkan lagi," kata seorang pelaku usaha laundry, Indah di Jambi, Senin.

Diakui indah, kabut asap tidak mempengaruhi minat masyarakat yang memanfaatkan jasa laundry. Hanya saja,  asap mengganggu proses penjemuran, sehingga pakaian yang sudah dicuci dan dijemur kembali kotor.

Sementara itu, pedagang kaki lima (PKL) yang menjual kue-kue basah juga mengeluh asap yang semakin pekat dan bercampur debu.



"Iya, jadi banyak debu yang menempel di makanan," kata seorang PKL, Meta, mengkhawatirkan pembeli yang jadi kurang berminat membeli kue-kuenya.

Dijelaskan Meta, dalam sepekan terakhir kabut asap yang terjadi di kota itu semakin pekat, terutama pada malam hari. Pada malam hari, kabut asap yang semakin pekat tampak seperti debu-debu yang berterbangan dan terlihat sangat jelas.

Menurutnya, Jambi saat ini sudah darurat cuaca. Karena, kabut asap yang biasanya hanya dialami pada malam hari, kini sudah terjadi di sepanjang hari, dari pagi, siang sampai sore dan semakin pekat. Suasana di Kota Jambi pada siang hari jadi menyerupai sore hari. 

"Darurat cuaca sudah, coba saja letakkan motor di luar, tidak sampai satu jam sudah penuh dengan debu, dada saja terasa sesak," kata Meta.

Dibanding dengan kabut asap yang terjadi di tahun 2015, menurut Meta, tahun ini kabut asap yang terjadi lebih parah. Ia berharap pemerintah dapat melakukan suatu upaya dan tindakan sebagai solusi untuk menghentikan kabut asap yang terjadi.

"Harapannya ada solusi yang dilakukan pemerintah, mengupayakan hujan buatan misalnya," kata Meta.


 

Pewarta: Muhammad Hanapi

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019