Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD mengingatkan pentingnya menjaga keberagaman dan persatuan untuk menuju masa Indonesia Emas, masa Indonesia menjadi bangsa yang besar pada 2045.
"Keberagaman yang sebenarnya bisa jadi modal kita untuk maju. Dulu kita bersatu sehingga bisa merdeka, sekarang kita bersatu untuk maju," kata Mahfud dalam siaran pers mengenai acara Bincang Seru Mahfud bertajuk "Inspirasi, Kreasi dan Pancasila" di Grha Widya Wisuda Kampus IPB Dramaga Bogor, Senin (14/10).
Terkait keberagaman dan toleransi, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menandaskan bahwa Tuhan itu Maha Pluralis, juga Maha Toleran. Tuhan menciptakan perbedaan tidak untuk perpecahan, tapi untuk saling mengenal dan menghormati.
"Hindari ujaran kebencian yang bisa menyebabkan permusuhan sehingga tidak bisa bersatu. Kalau Anda bertuhan tentu tidak akan melakukan itu," katanya.
Mahfud juga mengemukakan pentingnya penegak hukum lebih tegas dalam menindak pelaku ujaran kebencian dan penyebar berita bohong.
"Karena itu bisa membuat bangsa kita rusak. Ini bukan anti-kritik. Kritik dibutuhkan tapi bukan berupa hinaan, hasutan yang dapat menimbulkan perpecahan," katanya.
Menurut dia, persoalan hoaks dan ujaran kebencian tidak bisa dianggap remeh, karena bisa memporak-porandakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada kesempatan itu, Rektor IPB University Arif Satria bersama perwakilan wali amanat, perwakilan alumnus, dosen, dan mahasiswa menandatangani Komitmen Kebangsaan.
"IPB meneguhkan komitmen jati diri sebagai rumah kebhinekaan. IPB tidak memberi ruang untuk paham yang bertentangan dengan Pancasila," kata Arif.
Komitmen Kebangsaan itu dimaksudkan untuk menyikapi dinamika terkini yang berimbas ke IPB, antara lain ketika satu dosen IPB ditangkap polisi terkait langkah antisipasi aksi teror dan peristiwa itu membuat IPB menuai beragam hujatan.
Arif mengatakan bahwa selama ini kampus telah melakukan aksi-aksi nyata untuk merawat keberagaman.
"Mahasiswa IPB berasal dari 34 provinsi di Indonesia. Kami saling menghormati perbedaan dan fokus dengan inovasi," ujarnya.
"Asrama mahasiswa di IPB juga tempat untuk membangun komunikasi lintas budaya yang dapat merekatkan bangsa. Sehingga tidak dipertanyakan lagi komitmen IPB untuk merawat kebangsaan, IPB solid untuk terus maju membangun bangsa," ia menambahkan.
Mahfud MD mengapresiasi komitmen kebangsaan yang diserukan civitas akademika IPB. "Ada yang bilang IPB kampus radikal. Itu pencemaran nama baik, bahkan fitnah," kata Mahfud.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019
"Keberagaman yang sebenarnya bisa jadi modal kita untuk maju. Dulu kita bersatu sehingga bisa merdeka, sekarang kita bersatu untuk maju," kata Mahfud dalam siaran pers mengenai acara Bincang Seru Mahfud bertajuk "Inspirasi, Kreasi dan Pancasila" di Grha Widya Wisuda Kampus IPB Dramaga Bogor, Senin (14/10).
Terkait keberagaman dan toleransi, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menandaskan bahwa Tuhan itu Maha Pluralis, juga Maha Toleran. Tuhan menciptakan perbedaan tidak untuk perpecahan, tapi untuk saling mengenal dan menghormati.
"Hindari ujaran kebencian yang bisa menyebabkan permusuhan sehingga tidak bisa bersatu. Kalau Anda bertuhan tentu tidak akan melakukan itu," katanya.
Mahfud juga mengemukakan pentingnya penegak hukum lebih tegas dalam menindak pelaku ujaran kebencian dan penyebar berita bohong.
"Karena itu bisa membuat bangsa kita rusak. Ini bukan anti-kritik. Kritik dibutuhkan tapi bukan berupa hinaan, hasutan yang dapat menimbulkan perpecahan," katanya.
Menurut dia, persoalan hoaks dan ujaran kebencian tidak bisa dianggap remeh, karena bisa memporak-porandakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada kesempatan itu, Rektor IPB University Arif Satria bersama perwakilan wali amanat, perwakilan alumnus, dosen, dan mahasiswa menandatangani Komitmen Kebangsaan.
"IPB meneguhkan komitmen jati diri sebagai rumah kebhinekaan. IPB tidak memberi ruang untuk paham yang bertentangan dengan Pancasila," kata Arif.
Komitmen Kebangsaan itu dimaksudkan untuk menyikapi dinamika terkini yang berimbas ke IPB, antara lain ketika satu dosen IPB ditangkap polisi terkait langkah antisipasi aksi teror dan peristiwa itu membuat IPB menuai beragam hujatan.
Arif mengatakan bahwa selama ini kampus telah melakukan aksi-aksi nyata untuk merawat keberagaman.
"Mahasiswa IPB berasal dari 34 provinsi di Indonesia. Kami saling menghormati perbedaan dan fokus dengan inovasi," ujarnya.
"Asrama mahasiswa di IPB juga tempat untuk membangun komunikasi lintas budaya yang dapat merekatkan bangsa. Sehingga tidak dipertanyakan lagi komitmen IPB untuk merawat kebangsaan, IPB solid untuk terus maju membangun bangsa," ia menambahkan.
Mahfud MD mengapresiasi komitmen kebangsaan yang diserukan civitas akademika IPB. "Ada yang bilang IPB kampus radikal. Itu pencemaran nama baik, bahkan fitnah," kata Mahfud.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019