Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, menduga kemunculan beruang madu atau helarctos malayanus ke pemukiman warga di kawasan Kelok 44 karena mengalami sakit.
"Prilaku beruang sangat jinak, sering mendekati permukiman warga mencari buah-buhan dan sumber air. Ini berdasarkan keterangan saksi mata yang melihat kemunculan satwa tersebut," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra di Lubukbasung, Kamis.
Dari prilaku beruang dalam kondisi sakit, tambahnya satwa itu mencari permukiman warga yang terdapat tanaman buah-buahan. Selain itu, beruang madu tersebut sering kehausan saat sakit dan lainnya.
"Dari enam kali kemunculannya, sering ditemukan di sumber air," katanya.
Ia mengatakan, petugas KSDA Agam masih memantau kemungkinan beruang itu muncul kembali. Apabila sudah diketahui pola pegerakkan akan dievakuasi dengan perangkap atau bius.
"Beruang itu akan direhabilitasi dan penanganan medis apabila tertangkap," katanya.
Satwa liar yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sudah enam kali muncul di permukiman warga sejak 5 Oktober 2020 sampai pertengahan Januari 2021.
Beruang itu pertama kali muncul di Kelok 35, Kelok 42, Padang Galanggang, Sidang Tangah, Kelok 28 dan Pincuran Gadang, Jorong Sawah Rang Silayan, Nagari Bayua, Kecamatan Tanjungraya.
"Diduga satwa di enam lokasi itu individu yang sama. Khusus di Pincuran Gadang kami mendapatkan informasi beruang muncul pada Selasa (12/1) dan kami ke lokasi pada Rabu (13/1)," katanya.
Salah seorang warga Pincuran Gadang, Asni (44) menambahkan beruang madu itu sangat jinak dan bulunya sangat halus.
"Anak saya berkeinginan untuk memelihara satwa itu saat kami melihatnya dari rumah, Kamis (7/1) sore, karena terlihat sangat jinak," katanya.
Beruang itu jatuh dari pohon kelapa dan main di sekitar perkebunan tidak jauh dari rumah. Beruang itu berada di lokasi sekitar 15 menit dan langsung masuk ke hutan.
"Kami sangat ketakutan dengan kemunculan beruang madu itu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
"Prilaku beruang sangat jinak, sering mendekati permukiman warga mencari buah-buhan dan sumber air. Ini berdasarkan keterangan saksi mata yang melihat kemunculan satwa tersebut," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra di Lubukbasung, Kamis.
Dari prilaku beruang dalam kondisi sakit, tambahnya satwa itu mencari permukiman warga yang terdapat tanaman buah-buahan. Selain itu, beruang madu tersebut sering kehausan saat sakit dan lainnya.
"Dari enam kali kemunculannya, sering ditemukan di sumber air," katanya.
Ia mengatakan, petugas KSDA Agam masih memantau kemungkinan beruang itu muncul kembali. Apabila sudah diketahui pola pegerakkan akan dievakuasi dengan perangkap atau bius.
"Beruang itu akan direhabilitasi dan penanganan medis apabila tertangkap," katanya.
Satwa liar yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sudah enam kali muncul di permukiman warga sejak 5 Oktober 2020 sampai pertengahan Januari 2021.
Beruang itu pertama kali muncul di Kelok 35, Kelok 42, Padang Galanggang, Sidang Tangah, Kelok 28 dan Pincuran Gadang, Jorong Sawah Rang Silayan, Nagari Bayua, Kecamatan Tanjungraya.
"Diduga satwa di enam lokasi itu individu yang sama. Khusus di Pincuran Gadang kami mendapatkan informasi beruang muncul pada Selasa (12/1) dan kami ke lokasi pada Rabu (13/1)," katanya.
Salah seorang warga Pincuran Gadang, Asni (44) menambahkan beruang madu itu sangat jinak dan bulunya sangat halus.
"Anak saya berkeinginan untuk memelihara satwa itu saat kami melihatnya dari rumah, Kamis (7/1) sore, karena terlihat sangat jinak," katanya.
Beruang itu jatuh dari pohon kelapa dan main di sekitar perkebunan tidak jauh dari rumah. Beruang itu berada di lokasi sekitar 15 menit dan langsung masuk ke hutan.
"Kami sangat ketakutan dengan kemunculan beruang madu itu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021