Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada jelang akhir pekan diproyeksikan melemah masih dipicu ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
"Pergerakan Rupiah hari ini masih akan fluktuatif. Pemicu utama masih berasal dari sentimen global, terkait dengan ketegangan yang kembali memanas antara Rusia dan Ukraina," kata analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Pemberontak yang didukung Rusia dan pasukan Ukraina saling menuduh bahwa masing-masing telah menembak melintasi garis gencatan senjata pada Kamis (17/2) dan Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa invasi Rusia akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Investor takut akan perang yang lebih luas karena salah satu krisis terdalam dalam hubungan pasca-Perang Dingin terjadi, dengan Rusia menginginkan jaminan keamanan, termasuk Ukraina yang tidak pernah bergabung dengan NATO.
"Selain itu, spekulasi akan kenaikan Fed Fund Rate yang lebih agresif di bulan Maret juga berdampak kepada Rupiah," ujar Rully.
Sedangkan dari dalam negeri, lanjut Rully, kondisi secara umum cukup baik meski angka infeksi harian COVID-19 terus naik.
"Namun keterisian rumah sakit masih terkendali dan sudah mulai dilakukan pelonggaran," kata Rully.
Jumlah kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 di Tanah Air pada Kamis (17/2) kemarin mencapai 63.956 kasus sehingga total kasus mencapai 5,03 juta kasus. Khusus untuk kasus positif varian Omicron telah mencapai 6.130 kasus.
Rully memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.278 per dolar AS hingga Rp14.365 per dolar AS.
Pada Kamis (17/2) lalu, rupiah ditutup melemah 70 poin atau 0,49 persen ke posisi Rp14.326 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.256 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022