Capaian kesuksesan pendidikan tidak dilihat dari megah-nya gedung, mewahnya peralatan, banyaknya siswa, letaknya di tengah kota besar dan sebagainya. 

Karena untuk mencapai suatu kesuksesan itu harus melewati perjuangan, tantangan dan bahkan ancaman sekalipun. Bari perubahan kecil sedikit demi sedikit dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang tidak bisa menjadi bisa.

Dari yang tidak mau menjadi mau dan dari yang tidak mampu menjadi mampu, itulah proses pencapaian tertinggi sebuah kesuksesan.

Perlahan namun pasti, percaya bahwa perubahan itu adalah keniscayaan, maka semua warga sekolah harus mampu dan bahu membahu dalam mewujudkan proses kemudian menikmati hasilnya. 

Tidak ada yang tidak mungkin jika seluruh warga sekolah memiliki prinsip yang sama, yaitu membangun pendidikan yang berkualitas, meskipun sekolah tersebut berada di pelosok.

Ekosistem pendidikan

Salah satu sekolah yang terus berkomitmen membangun kemandirian dan ekosistem sekolah yakni SDN 173 Tanjung Benanak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. 

Sekolah tersebut berada di tengah perkebunan sawit, namun berkat dukungan semua pihak, mulai dari masyarakat, orangtua, serta pengurus yang tergabung dalam komite sekolah setuju mewujudkan ekosistem belajar yang menyenangkan. 

Mutia Lafria selaku kepala sekolah mengajak para komite dan orang tua berkumpul. Bermusyawarah untuk mufakat agar semua sama-sama setuju terhadap program yang akan dilaksanakan., 

"Materi ini saya dapatkan dari modul manajemen sekolah Program PINTAR Tanoto Foundation," kata Mutia. 

Mengapa Mutia mengumpulkan warga sekolah seperti komite dan orangtua, agar mereka tahu betul apa saja kegiatan dan program yang dilaksanakan di sekolah. 

Dengan bermusyawarah bisa dilihat mana program yang perlu dikembangkan, dan mana yang perlu diperhatikan. 

Salah satu usulan dari komite adalah bagaimana anak-anak yang telah rajin membaca dengan menghabiskan banyak buku, kemudian mereka menceritakan apa yang dibacanya. 

"Nah, ini yang disebut tadi perlu dikembangkan, tidak sekedar membaca," ujar Komite Sekolah SDN 173 Edi Wiyono. 

Dengan demikian akan lahir ekosistem yang mumpuni dengan sendirinya. Peserta didik tidak hanya rajin membaca, namun memiliki kemampuan lainnya, yaitu menjadi pendongeng. 

Mutia sadar, bahwa mengandalkan komite saja tidak cukup. Selanjutnya Ia mengajak seluruh orang tua yang tergabung dalam paguyuban orang tua siswa agar turut mendukung kegiatan literasi ketika anak-anak berada di rumah. 

"Ketika ekosistem mulai terbangun di sekolah, kami selaku kepala sekolah juga perlu membangunnya kembali di rumah, agar anak dan orang tua sama-sama berjuang untuk memajukan pendidikan," kata Mutia lagi. 

Kemudian, Mutia mengajak orang tua dan guru untuk membuat jadwal, kapan membaca bersama, kapan siswa menyampaikan hasil membacanya, sehingga terjadwal dengan baik.

Ekosistem yang telah baik tersebut harus dipertahankan agar terus memberikan kemajuan untuk pendidikan, meskipun sekolah Mutia berada di tengah-tengah kebun kelapa sawit.  

Peran kepala sekolah

Selain membangun ekosistem pendidikan, upaya seorang leader atau kepala sekolah mengajak kerja sama guru agar tetap konsisten melakukan pembelajaran dengan cara menyenangkan dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi, dengan tetap menghidupkan literasi di sekolah maupun di rumah. 

Itu hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh seorang kepala sekolah agar tetap menjaga suasana yang baik bagi seluruh warga sekolah. 

Bagaimana meyakinkan orang tua untuk selalu berperan dalam membantu anak-anaknya di rumah. Bagaimana kiat supaya sekolah mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat walaupun sekolah terletak di tempat yang mungkin sangat sulit dijangkau dan bahkan sampai tidak terlihat oleh orang lain.

Untuk pencapaian itu tidak terlepas dari guru-guru hebat yang luar biasa yang selalu istikomah dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya dalam mendidik anak-anak bangsa agar menjadi lebih baik. Semangat mereka tidak pernah kendur untuk selalu berinovasi dalam menjalankan tugas sebagai pejuang pendidikan di tengah perkebunan kelapa sawit.

Pada akhirnya kemajuan pendidikan dan prestasi adalah untuk siswa. Mereka adalah generasi penerus bangsa, Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Nina Nurdiawati, guru SDN 173 Tanjung Benanak mengaku senang dan bangga dengan kepemimpinan Mutia Lafrida, Ia belajar banyak tentang arti kepemimpinan kepala sekolah dari ibu Mutia. 

“Saya jadi bermimpi suatu saat ingin seperti ibu Mutia Lafrida,” kata Nina.



Oleh Mutia Lafrida, S.Pd
Kepala SDN 173 Tanjung Benanak Tanjung Jabung Barat/ Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation

Pewarta: Muhammad Hanapi

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022