Harga minyak mentah berjangka merosot lebih dari lima persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena kekhawatiran atas kemungkinan gagal bayar utang AS dan perkiraan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa pekan ini.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli merosot 3,99 dolar AS atau 5,03 persen, menjadi ditutup pada 75,32 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Itu adalah penutupan terendah untuk kedua harga acuan sejak 24 Maret dan juga persentase penurunan satu hari terbesar sejak awal Januari.
Pasar minyak anjlok di tengah kekhawatiran resesi, sementara krisis perbankan AS dan pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen tentang potensi gagal bayar AS menambah tekanan pada harga minyak.
Amerika Serikat tidak dapat memenuhi semua kewajiban pemerintah paling cepat 1 Juni, jika Kongres AS tidak menaikkan atau menangguhkan batas utang sebelum waktu itu, Yellen memperingatkan pada Senin (1/5/2023).
Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden tidak akan bernegosiasi mengenai plafon utang selama pertemuannya dengan empat pemimpin kongres pada 9 Mei, tetapi dia akan mulai membahas "proses anggaran terpisah."
Baik Federal Reserve maupun Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan minggu ini, yang akan menambah tekanan kepada ekonomi utama tersebut.
Pekan ini, investor akan mencari arah pasar dari ekspektasi kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral yang masih melawan inflasi. Lebih banyak kenaikan suku bunga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi.
Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada Rabu waktu setempat. Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan regulernya pada Kamis (4/5/2023).
Produksi minyak harian Iran melebihi 3 juta barel dalam 20 bulan terakhir, naik dari rata-rata 2,4 juta barel per hari pada 2021, menurut laporan Reuters.
Namun, persediaan minyak mentah komersial AS diperkirakan turun 3,3 juta barel pekan lalu, menurut survei oleh S&P Global Commodity Insights.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023