Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, tertekan kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi China yang goyah dan dolar yang lebih kuat, setelah tujuh minggu berturut-turut naik didukung oleh pengetatan pasokan akibat pengurangan produksi OPEC+.
Harga minyak tergelincir karena indeks dolar AS memperpanjang kenaikan pada Senin setelah kenaikan harga produsen AS yang sedikit lebih besar dari perkiraan pada Juli mengangkat imbal hasil obligasi pemerintah meskipun di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve berada di akhir kenaikan suku bunga.
Minyak mungkin diperdagangkan di kisaran ketat minggu ini karena pemulihan ekonomi China yang lamban dan dolar AS yang lebih kuat dapat menekan harga, tetapi OPEC+ akan melakukan apa pun untuk menjaga pasokan tetap ketat dan menstabilkan pasar, kata analis CMC Markets, Tina Teng.
Pemotongan pasokan oleh Arab Saudi dan Rusia, bagian dari aliansi antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, atau OPEC+, diperkirakan akan mengikis persediaan minyak di sisa tahun ini, berpotensi mendorong harga lebih tinggi lagi, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam laporan bulanannya pada Jumat (11/8/2023).
Mencerminkan pengetatan pasokan, selisih atau spread harga Brent antara bulan pertama dan kedua tetap stabil pada Senin setelah menetap di 67 sen pada Jumat (11/8/2023), terlebar sejak Maret.
Sebuah kapal perang Rusia melepaskan tembakan peringatan ke sebuah kapal kargo di Laut Hitam pada Minggu (13/8/2023), meningkatkan ketegangan di area utama untuk ekspor komoditas-komoditas dari Ukraina dan Rusia.
"Meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah meningkatkan prospek gangguan perdagangan di Laut Hitam," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa Laut Hitam menangani sekitar 15 persen-20 persen minyak yang dijual Rusia.
Di AS, jumlah rig minyak yang beroperasi tetap stabil di 525 minggu lalu, setelah jatuh selama delapan minggu berturut-turut, menurut laporan mingguan Baker Hughes.